This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Tuesday, August 26, 2014

Islam, I’m in Love

Islam, I’m in Love
Huhuy! Kesannya gimanaa gitu. Bukan sulap bukan sihir, dan ini juga bukan judul film tandingan Eiffel, I’m in Love. Ini sekadar judul yang moga saja ‘efek’-nya bisa lebih dalem lagi tentang perasaan cinta kita kepada Islam. Tul nggak seh? Moga juga bikin kamu tambah kesengsem kepada Islam. Karena apa? Karena jatuh cinta sama Islam bikin segalanya tampak indah. Bener lho, kagak bo’ong!
Sobat muda muslim, banyak jalan untuk jatuh cinta. Banyak ragam cara kita menemu-kan cinta. Itu sebabnya, nggak usah heran bila akhirnya banyak pula yang langsung lengket-masket kepada apa yang dia cintai. Jatuh hati setengah mati.
Nah, ngomong-ngomong soal Islam, ternyata banyak manusia yang tergoda dan akhirnya tulus mencintai agama Allah yang risalahnya dibawa Muhammad saw. ini. Abisnya, pesona Islam bikin hidup lebih hidup sih. Jadi, siapa pula yang tega menelantarkannya? Kayaknya itu hanya bisa dilakukan oleh mereka yang nggak kenal sama Islam dan satu lagi, yang membenci Islam. Setuju? Kudu! (maksa banget neh!)
Tipe yang manakah kamu? Kayaknya masih mending deh kalo sekadar belum kenal sama Islam. Itu bisa kita upayakan untuk mengenal-nya lebih dekat, lebih dalem, dan lebih intim. Kata pepatah, “tak kenal maka ta’aruf” Hehehe.. bener dong. Kalo nggak kenal ya, kita kenalan. Biar tambah kenal. Terus, ujungnya kita bisa sayang tuh. Betul?
Sobat muda muslim, bagaimana rasanya orang yang sedang dirundung rasa suka? Wuih, kayaknya kamu udah paham banget di level ini mah. Bawaannya seneng mulu kan? Bikin kita enak tidur dan enak makan kan? Bisa juga kita bangga memilikinya kan? Bahkan sangat boleh jadi kita bakalan rela berkorban demi cinta kita kepada yang sedang kita cintai. Nggak cuma rela ngorbanin perasaan, tapi ikhlas dan ridho kalo harus mengorbankan nyawa yang cuma satu-satunya ini. Bener lho.
Islam, agama yang sudah malang-melintang selama lebih dari 14 abad ini banyak yang mencintainya, meski kudu diakui bahwa banyak juga yang membencinya. Kenapa? Karena kehadirannya bagi yang memiliki akal sehat dan nalar yang cerdas, Islam adalah sebuah kenikmatan luar biasa. Tapi bagi mereka yang akalnya turun ke jempol kaki, dan nalarnya jongkok, ditambah hawa nafsu yang menjadi panglimanya, maka Islam layak untuk dibenci.
Jadi, ini bergantung sudut pandang dan tentunya keimanan saja. Memang benar, bahwa kita harus menilai sesuatu itu secara objektif. Sebab kalo berat sebelah, itu namanya subjektif. Nggak cocok jadi wasit neh. Hehe.. 
Buktinya? Jangan heran kalo kecintaan kita yang berlebih kepada seseorang, akan menggelapkan penilaian kita kepadanya. Kalo cinta udah terpatri di dada, kita bisa dikalahkan oleh cinta. Celakanya, kalo pun doi berbuat salah, rasanya nggak pantes untuk dikasih masukan berupa saran dan kritik. Celaka ‘kali dikau, bah!
Sebaliknya juga sama, kalo kita udah benci sama seseorang, rasanya orang tersebut pasti salah aja di mata kita. Meski adakalanya dia memiliki kebenaran. Nah, jangan sampe kita seperti itu.
Tapi Bro, cinta kita kepada Islam, ini persoalan yang lain daripada yang lain. Karena apa? Karena Islam adalah agama yang dijamin kebenarannya oleh Allah. Agama ini diemban risalahnya oleh Nabi Muhammad saw. Jelas, Islam berasal dari sumber yang nggak mungkin lagi salah. Itu sebabnya, kecintaan kita kepada Islam, bukan lagi menggelapkan mata istilahnya, tapi mencerahkan hidup kita. Ujungnya, kita akan taat kepada seluruh ajaran Islam dan bahkan kita ingin menyampaikan kebenaran Islam ini kepada siapa pun dengan segala kemampuan yang kita miliki. Tentunya, ini sebagai bukti kecintaan kita kepada Islam, Rasulullah saw., dan juga Allah Swt. Begitu sobat.

Bukan cinta biasa
Sobat muda muslim, Salman al-Farisi demi cintanya kepada kebenaran. Ia rela mencari agama yang sanggup mencerahkan pikiran dan mengobati kegundahan jiwanya.
From Persia With Love. Yup, boleh dibilang Salman al-Farisi begitu. Sebab, dengan cinta di dada untuk mencari kebenaran, beliau rela jauh-jauh dari Persia berkelana sampe terdampar di Madinah. Bertemu Rasul dan masuk Islam. Kecintaannya kepada Islam mengalahkan kepercayaannya sebagai kaum penyembah api. Yes, Salman meninggalkan agama Majusi (Zoroaster).
Dikau tahu Mush’ab bin ‘Umair? Duh, sahabat Rasulullah saw. yang satu ini ridho ninggalin istana megahnya demi cintanya kepada Islam. Rela mencampakkan pakaian indah dan gelimang harta. Islam, mampu me-nenggelamkan segala kenikmatan dunia lainnya.
Mush’ab bin ‘Umair adalah orang pertama yang diutus Rasulullah saw. untuk membacakan al-Quran, mengajarkan Islam, dan memberi pemahaman agama kepada masya-rakat Madinah. Mush’ab mene-mani 12 orang laki-laki Madinah setelah Bai’at ‘Aqabah pertama.
Alhamdulillah, Islam kemudian tersebar cepat di Madinah, hingga membuat Rasulullah saw. gembira dan memikirkan untuk hijrah ke sana sekaligus menerapkan Islam sebagai ideologi negara. Subhanallah, begitulah jika cinta sudah terpatri kuat di hati. Islam memang layak kita cintai, kita bela, dan kita perjuangkan.
Drama ke-hidupan bersama Islam yang di-mainkan para sa-habat Rasulullah saw. dalam membela Allah, Rasul-Nya, dan tentunya juga Islam sungguh sangat mengagumkan. Suatu ketika Zaid bin Datsinah bersama lima sahabat lainya diutus Rasulullah menemani sekelompok kecil kabilah untuk mengajarkan Islam ke kabilah yang bertetangga dengan Bani Hudzail tersebut. Waktu itu, negara Islam sudah berdiri. Kejadiannya pasca Perang Uhud.
Sayangnya, enam utusan Rasulullah saw. itu dikhianati. Tiga di antaranya syahid. Tiga lagi menjadi tawanan dan dijadikan budak untuk dijual (termasuk Zaid bin Datsinah). Waktu itu, Zaid hendak dibeli oleh Shafwan bin Umayyah, untuk kemudian dibunuh sebagai balasan atas kematian ayahnya, Umayyah bin Khalaf, yang tewas di tangan kaum Muslimin saat Perang Badar. Bales dendam nih ceritanya.
Zaid ditanya oleh Abu Sufyan: “Hai Zaid, aku telah mengadukanmu kepada Allah. Sekarang, apakah engkau senang Muhammad berada di tangan kami menggantikan tem-patmu, lalu engkau memenggal lehernya dan engkau kembali kepada keluargamu?”
“Demi Allah!” jawab Zaid lantang, “Aku tidak rela Muhammad menempati suatu tempat yang akan dihantam jerat yang menyiksanya, sementara aku duduk-duduk dengan keluargaku.”
Abu Sufyan terkesan banget tuh dengan kata-kata Zaid. Bibirnya menyungingkan senyuman sinis sambil bilang, “Aku tidak pernah melihat seseorang yang mencintai sahabatnya seperti kecintaan sahabat-sahabat Muham-mad,” kata Abu Sufyan geram di tengah kekagumannya. Kemudian, Zaid pun dibunuh. Subhanallah, ini memang bukan cinta biasa.
Membela dan memperjuangkan Islam, sebagai bentuk kecintaan kepada agama Allah ini, membuat Khubaib, temannya Zaid yang juga diutus Rasulullah dalam misi tersebut, rela melepaskan nyawanya. Sebelum syahid, beliau memandang musuh-musuh Allah dengan marah sambil meneriakkan doa, “Ya Allah, sesung-guhnya telah sampai kepada kami risalah Rasul-Mu, maka besok sampaikan kepadanya apa yang membuat kami demikian. Ya Allah, hitunglah (bilangan) mereka (dan lemparkan mereka) berkali-kali, bunuhlah mereka dengan sekali lumat, dan janganlah Engkau biarkan mereka hidup seorang pun dari mereka!” Mendengar teriakan Khubaib, mereka menjadi gemetar. Dengung suara itu seolah merobek-robek nyawa mereka. Kemudian, Khubaib pun dibunuh.
Ini baru sahabat Rasulullah saw. bagai-mana dengan Rasulullah saw.? Ini salah satu kisahnya. Simak ye.
Aisyah ra. bercerita tentang Rasulullah saw. setelah didesak oleh Abdullah bin Umar. Apa yang diceritakan Ummul Mukminin Aisyah ra? Beliau menceritakan sepotong kisah bersama Rasulullah saw. (Tafsir Ibnu Katsir, I: 1441): “Pada suatu malam, ketika dia tidur bersamaku dan kulitnya sudah ber-sentuhan dengan kulitku, dia ber-kata, “Ya, Aisyah, izinkan aku ber-ibadah kepada Rabbku.” Aku ber-kata, “Aku sesung-guhnya senang me-rapat denganmu, tetapi aku senang meli-hatmu beribadah kepada Rabbmu.”Dia bangkit mengambil gharaba air, lalu berwudhu. Ketika berdiri shalat, kudengar dia terisak-isak menangis. Kemudian dia duduk membaca al-Quran, juga sambil menangis sehingga air matanya membasahi janggutnya, ketika dia berbaring, air matanya mengalir lewat pipinya mambasahi bumi di bawahnya. Pada waktu fajar, Bilal datang dan masih melihat Nabi saw. menangis,”Mengapa Anda menangis, padahal Allah ampuni dosa-dosamu yang telah lalu dan yang kemudian?” tanya Bilal. “Bukankah aku belum menjadi hamba yang bersyukur. Aku menangis karena malam tadi turun ayat Ali Imran 190-191. Celakalah orang yang membaca ayat ini dan tidak memikirkannya.”
Demi cintanya kepada Allah, dan juga agama ini, Rasulullah saw. sanggup menge-sampingkan kenikmatan-kenikmatan lainnya. Subhanallah. Sekali lagi, ini bukan cinta biasa!

Kenali, sayangi!
Kalo udah kenal, rasa sayang itu dengan sendirinya akan muncul. Bahkan rasa sayang itu bisa diterjemahkan kebih dalem lagi, yakni dengan pembelaan dan perjuangan. Hebat sekali bukan?
Gimana caranya kenal sama Islam? Seperti halnya Rasulullah saw. mengutus Mush’ab bin ‘Umair untuk mengajarkan Islam, maka satu-satunya cara mengenal Islam adalah dengan mempelajarinya. Jadi, ngaji.
Suer, dengan belajar kita jadi tahu segalanya. Waktu kita SD, kita nggak tahu huruf abjad, nggak bisa nyebutin angka 1 sampe 10, juga nggak mengenal bagaimana indahnya bersahabat. Itu semua karena kita mau belajar.
Sobat muda muslim, banyak orang tertarik dengan Islam, ketika mereka mengetahuinya. Tentunya, me-reka jadi kenal Islam setelah belajar. Salah satunya Prof. G. Margoliouth dalam De Karacht van den Islam yang menuliskan, “Pe-nyelidikan telah menun-jukkan, bahwa yang dike-tahui oleh sarjana-sarjana Eropa tentang falsafah, astronomi, ilmu pasti, dan ilmu pengeta-huan semacam itu, selama beberapa abad sebelum Renaissance, secara garis besar datang dari buku-buku Latin yang berasal dari bahasa Arab, dan Quran-lah yang, walaupun tidak secara langsung, memberikan dorongan pertama untuk studi-studi itu di antara orang-orang Arab dan kawan-kawan mereka”
Sejarawan Barat, W. Montgomery Watt menganalisa tentang rahasia kemajuan peradaban Islam, ia mengatakan bahwa Islam nggak mengenal pemisahan yang kaku antara ilmu pengetahuan, etika, dan ajaran agama. Satu dengan yang lain, dijalankan dalam satu tarikan nafas. Pengamalan syariat Islam, sama pentingnya dan memiliki prioritas yang sama dengan riset-riset ilmiah.
Jadi, intinya memang dengan belajar untuk bisa mengenali Islam. Ujungnya, kita jadi sayang. Jangan kalah dengan rasa cinta kita kepada lawan jenis aja. Kalo udah seneng sama seseorang yang kinclong di kelas, pengennya deket, biar bisa tahu rahasia hatinya. Berbagai cara dilakukan untuk PDKT. Tujuannya? Untuk bisa tahu seberapa pantas ia jadi calon kita, dan yang penting, seberapa besar ia mencintai kita. Jangan-jangan kitanya aja yang kegeeran, padahal mah doi nggak cinta seujung rambut pun kepada  kita. Kalo gitu, langsung deh nyanyi Pupus-nya Dewa. Kasihan deh lo!
Sobat muda muslim, kita kudu yakin lho kalo mencintai Islam pasti ada untungnya juga. Kita jadi lebih lega, lebih tenang, dan lebih nyaman dalam menjalani hidup ini. Islam memberikan segalanya buat kita. Kenikmatan di dunia dan juga di akhirat. Dijamin nggak bakalan bertepuk sebelah tangan deh kalo kita mencintai Islam, Rasul-Nya, dan juga Allah Swt. Insya Allah sukses dunia akhirat. Yakin itu.
Setiap kita melakukan perintah yang wajib maupun sunnah, juga memutuskan untuk tidak melakukan perbuatan haram, insya Allah ada ganjarannya. Inilah okenya Islam.
Mulai sekarang, tancapkan niat untuk belajar mengenal Islam. Sabda Rasulullah saw.: “Apabila Allah menginginkan kebaikan bagi seseorang maka dia diberi pendalaman dalam ilmu agama. Sesungguhnya memperoleh ilmu hanya dengan belajar.” (HR Bukhari)
Nah, kalo udah tahu, kan kita bisa sayang sama Islam tuh. Kayaknya pantes deh kalo kita tulis besar-besar di depan meja belajar kita: “Islam, I’m in Love”

Islam Agamaku, Jilbab Identitasku

Islam Agamaku, Jilbab Identitasku

Jacques Chirac bikin ulah. Pasalnya, doi merestui lahirnya undang-undang larangan penggu-naan simbol-simbol keagamaan di sekolah negeri atau sarana umum dalam pidatonya pada tanggal 17 Desember 2003. Walhasil, kerudung dan jilbab, topi bundar khas Yahudi (yarmelke), dan tanda salib besar nggak boleh beredar di negeri sekular dengan jumlah penduduk muslim sekitar 5 juta orang ini.
Malah doi mengatakan secara khusus kalo penggunaan jilbab merupakan bentuk agresi. “Mengenakan kerudung, apakah disengaja atau tidak, adalah merupakan jenis agresi yang sulit bagi kami untuk menerimanya,” cetus Chirac ketika berlangsung pertemuan dengan para mahasiswa di Pierre Mendes France School di ibukota Tunisia Sabtu (6/12/2003). (Eramus-lim.com, 08/12/2003)
Nggak heran kalo protes terhadap kebijakan Perancis ini mengalir deras bak air bah dari berbagai belahan dunia; mulai dari London, Paris, Lebanon, sampai Indonesia.
Cuma masalahnya, apa iya jilbab itu cuma simbol doang seperti penilaian mereka? Atau ada udang di balik bakwan atas pelarangan resmi penggunaan jilbab yang lagi rame ini?

Benih kebencian kaum kufar
Sobat muda muslim, tindakan diskrimi-nasi kaum kufar terhadap kaum Muslim sudah sering terjadi. Kali ini kasus pelarangan jilbab di beberapa negara sekular kembali menghiasi media massa. Meski banyak menuai protes, Perancis tetep keukeuh mengatakan negaranya kudu bebas dari simbol keagamaan macam jilbab. Padahal katanya mereka menjunjung tinggi kebebasan menjalankan ajaran agama bagi para pemeluknya. Weh, ini mah sama aja menjilat ludah sendiri. Iih..jijay deh.
Tapi sayang, mereka antimalu. Itu sebabnya, pola standar ganda diberlakukan untuk mendiskriminasikan dan menjauhkan kaum Muslim dari ajaran Islam. Persis aturan kakak kelas pada saat OSPEK siswa baru. Pasal 1: Kakak kelas selalu benar. Pasal 2: jika kakak kelas berbuat kesalahan, lihatlah pasal 1!
Untuk kasus jilbab, orang-orang kafir sampe bela-belain pake wewenang negara untuk melegalisasi larangan penggunaan jilbab. Seperti halnya Perancis, Presiden Jerman, Johannes Rau juga melarang guru Muslimah mengenakan jilbab saat mengajar (jangan-jangan mereka kebingungan juga bedain kerudung ama jilbab?). Oke deh, kita sebut saja pakaian muslimah.
Di Belgia, Menteri Dalam Negeri Patrick Dewael menegaskan keinginannya untuk melarang kerudung dan jilbab serta simbol-simbol agama lainnya tampil di sekolah dan institusi-institusi milik pemerintah sebagai-mana hal itu diterapkan Perancis. (Eramus-lim.com, 12/01/2004).
Di Australia, salah seorang anggota parleman dari Partai Demokratik Kristen, Reverend Fred Nile mengusulkan pelarangan terhadap pemakaian penutup aurat dan jilbab bagi warga muslim di Aus-tralia, khususnya di New South Wales (21/11/2002) silam. Menurutnya, dengan pakaian itu bisa dimungkin-kan sebagai kedok para teroris menyimpan bahan peledak atau bom. (Hidaya-tullah.com, 22/11/2002). Ini namanya paranoid atuh euy!
Sementara di Singa-pura, PM Lee Hsien Loon —anak dari Lee Kuan Yew, pendiri Singapura Modern— mengatakan dalam harian Berita Harian Malay, edisi 1 Desember 2003, bahwa pelarangan memakai jilbab termasuk dalam upaya perukunan dan penyempur-naan kehidupan masyarakat di Singapura. (Eramus-lim.com, 09/12/2003).
Nggak cukup dengan kekuatan negara, pihak sekolah pun bikin larangan serupa. Seper-ti yang terjadi pada Lila dan Alma Levy yang diusir dari sekolah Henri Wallon yang berlokasi di daerah pinggiran utara Aubervilliers, Paris. Kebijakan itu diambil pihak sekolah dengan alasan kedua siswi berjilbab itu mengenakan pakaian “yang memamerkan ekstrimitas agama”. Muslimah itu bisa masuk mengikuti pelajaran di kelasnya, jika mereka mencopot hijabnya. (Eramuslim.com, 26/09/2003).
Sobat muda muslim, dari paparan fakta di atas, tentu kita sependapat dan tidak ragu dengan kebenaran filman Allah:
وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ
 “Tidak akan pernah ridha kepada engkau kaum Yahudi dan Nashrani hingga engkau mengikuti golongan (millah) mereka.” (QS al-Baqarah [2]: 120).

Jilbab bukan semata simbol keagamaan
Jacques Chirac boleh aja menganggap topi bundar Yahudi, atau tanda Salib sebagai simbol keagamaan yang bisa aja sembarangan dilepas. Tapi jilbab, nggak lah yauw!
Dalam al-quran surat an-Nûr [24]: 31 dan Surat al-Ahzab [33]: 59 Allah telah memerin-tahkan dengan tegas, bahwa muslimah yang sudah aqil baligh (berakal sehat alias nggak gila dan sudah menstruasi) untuk mengenakan jilbab jika keluar rumah. Kewa-jibannya sama dengan perintah shalat lima waktu. Itu artinya, kalo nggak dikerjain, ya dosa. Sumpe lo!
Kewajiban ini juga dikuatkan oleh penuturan Ummu ‘Athiyah :”Rasulu-llah saw telah memerin-tahkan kepada kami untuk keluar (menuju lapangan) pada saat Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha; baik wanita tua, yang sedang haid, maupun perawan. Wanita yang sedang haid menjauh dari kerumunan orang yang shalat, tetapi mereka menyaksikan kebaikan dan seruan yang ditujukan kepada kaum Muslim. Aku lantas berkata, “Ya Rasulullah saw, salah seorang di antara kami tidak memiliki jilbab. “Beliau kemudian bersabda, “Hendaklah salah seorang saudaranya meminjamkan jilbabnya.”
Dari hadits ini ada 2 point pemahaman yang bisa diambil. Pertama, semua muslimah disunnahkan untuk menghadiri sholat Idhul Adha, tapi harus memakai jilbab. Ditegaskan bahwa jika ada yang tidak memiliki jilbab, maka temannya harus meminjamkannya. Berarti jilbab itu wajib dipakai ketika keluar rumah.
Kedua, hadits di atas menyiratkan tentang jilbab adalah pakaian luar yang dikenakan wanita di atas pakaian kesehariannya (yang biasa digunakan di dalam rumah). Karena ketika Ummu ‘Athiyah bertanya tentang seseorang yang tidak memiliki jilbab, tentu wanita tersebut bukan dalam keadaan telanjang, melainkan dalam keadaan memakai pakaian yang biasa dipakai di dalam rumah yang tidak boleh dipakai untuk keluar rumah. Dan wanita yang tidak mempunyai jilbab harus meminjam kepada saudaranya. Jika saudaranya tidak bisa meminjamkannya, maka yang bersangkutan tidak boleh keluar rumah.
Dari uraian hadits di atas, kita bisa simpulkan kalo jilbab itu bukan cuma simbol, melainkan kewajiban. Jadi nggak ada yang bisa nyuruh ngelepasin kalo lagi di luar rumah. Walaupun dilegalisasi UU Negara atau peraturan sekolah. Karena tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Allah. Setuju kan? Siip dah!

Melengkapi pengertian khimar dan jilbab
BTW, udah pada tahu kan seperti apa khimar dan jilbab yang syar’i itu? Bukannya kita meragukan, cuma kita takut masih ada yang keliru memahaminya. Soalnya ada yang memahami busana muslimah untuk di luar rumah itu asal menutup aurat. Pake kerudung yang dipadukan tangtop, kaos panjang plus celana jeans ketat. Kayak gitu mah pantasnya cuma di depan suami euy. Hehehe...
Ada juga yang memadukan kerudungnya dengan baju atas panjang nan longgar, dan bagian bawah berupa rok panjang atau celana panjang longgar yang biasa disebut kulot. Kita nggak menyalahkan, cuma ada baiknya kita sama-sama mencari tahu definisi jilbab itu secara syar’i. Oke?
Dalam kitab al-Mu’jam al-Wasith halaman 128, jilbab diartikan sebagai “Ats tsaubul musytamil ‘alal jasadi kullihi” (pakaian yang menutupi seluruh tubuh), atau “Ma yulbasu fauqa ats tsiyab kal mil-hafah” (pakaian luar yang dikenakan di atas pakaian (rumah), seperti milhafah/baju terusan), atau “al-Mula`ah tasytamilu biha al mar`ah” (pakaian luar yang digunakan untuk menutupi seluruh tubuh wanita).
Dari keterangan hadits yang diriwayatkan Ummu ‘Athiyah dan pengertian dalam kamus al-Mu’jam, ternyata yang maksud jilbab adalah kain terusan (dari kepala sampai bawah) (Arab: milhafah-mula`ah) yang dikenakan sebagai pakaian luar (di bawahnya masih ada pakaian rumah) lalu diulurkan ke bawah hingga menutupi kedua kakinya. Selain itu, jilbab juga harus terbuat dari kain yang tidak transparan dan tidak menampakkan lekuk tubuh.
Adapun khimar, syariat telah mewajibkan kerudung atau apa saja yang serupa dengannya yang berfungsi menutupi seluruh kepala, leher, dan 3 lubang baju di dada. Semoga pengertian ini bisa menambah wawasan biar nggak misspersepsi. Maksud hati menutup aurat, ternyata belum sempurna. Sayang kan?

Tunjukkin identitas kita!
Bener sobat, kita kudu berani tunjukkin identitas kita sebagai muslim dan muslimah. Ngikutin aturan Allah dalam setiap perbuatan maupun omongan yang keluar dari mulut kita. Nggak usah ragu bin malu. Kita kudu takut ama Allah dalam menjalankan perintah manusia, jangan ngeper ama manusia dalam menjalankan perintah-Nya. Oke?
Tata cara berpakaian seseorang menjadi salah satu identitas yang paling gampang diliat. Untuk yang satu ini, udah pasti seorang muslimah akan selalu menjaga kehormatannya dengan balutan busana yang menutup aurat nan sempurna. Di tengah hantaman badai trend fashion yang serba terbuka, full fresh body dan irit bahan, dia tetep PD mengenakan khimar dan jilbab di tempat-tempat umum seperti di sekolah, kampus, pasar, kantor, pabrik, di jalanan, de el el.
Cemoohan, kata-kata sinis, atau pelecehan sering menghampiri sodari kita hanya karena mereka berjilbab. Bahkan sampai diskriminasi berkedok undang-undang negara dan peraturan sekolah. Nggak sedikit sodari kita yang tetep istiqomah harus mengalami PHK dari tempatnya bekerja, skorsing, termasuk pengusiran oleh pihak sekolah.
Tapi jangan takut, Allah akan membayar mahal untuk keisti-qomahan mereka dan setiap muslimah yang mengikuti jejaknya. Sabda Nabi saw.: “Sesung-guhnya di belakang kalian ada hari-hari yang memerlukan kesabaran. Kesabaran pada masa-masa itu bagaikan memegang bara api. Bagi orang yang mengerjakan suatu amalan pada saat itu akan mendapatkan pahala lima puluh orang yang mengerjakan semisal amalan itu. Ada yang berkata,’Hai Rasululah, apakah itu pahala lima puluh di antara mereka ?” Rasululah saw. menjawab,”Bahkan lima puluh orang di antara kalian (para shahabat).” (HR Abu Dawud, dengan sanad hasan)
Sobat muda muslim, mari kita sama-sama mengokohkan keistiqomahan kita dengan aturan Allah. Caranya? Bisa dimulai dengan mengkondisikan lingkungan sekitar kita. Bergaul dengan teman-teman yang mampu mengingat-kan kita saat lengah, memperdalam Islam melalui kajian rutin, ber-taqarrub ilallah dengan ibadah wajib dan sunnah, serta berdoa agar Allah memberikan kekuatan kepada kita untuk tetep stay tune dengan aturan-Nya sampai ajal menjemput.
Tak lupa juga untuk gencar berdakwah demi tegaknya khilafah yang akan melindungi Islam dan kaum Muslim di seluruh dunia dari makar musuh-musuh Islam.
Oya, kini muslimah SMU kelas tiga diperbolehkan menggunakan foto berkerudung siswi SMU untuk dipajang di STTB yang sebelumnya sering jadi masalah. Kebolehan ini tertuang dalam Surat Edaran Nomor: 1177/C/PP/2002 yang ditandatangani Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Indra Djati Sidi. (smu-net.com, 09/02/2004).
Buat remaja muslimah, “Maju terus pan-tang mundur!” Serukan dengan lantang: “Islam agamaku, Jilbab identitasku!” [hafidz]

Mengapa Jilbab Dilarang?

Sebut saja Sinta, gadis berjilbab itu merasa resah dan cemas. Hari-harinya ia lalui dengan perasaan takut dan khawatir. Apa pasal? Sinta dan beberapa orang temannya tiga hari yang lalu dipanggil salah seorang guru. Sinta diinterogasi atas sikapnya yang keukeuh untuk tidak menanggalkan jilbabnya di sekolah tersebut. Maklum, pihak sekolah sangat keberatan dengan banyaknya siswi yang mengenakan busana muslimah, padahal sekolah tersebut bukan sekolah agama. Walah, kenapa resah, bukankah itu kudu disyukuri?
Kecemasan Sinta kian menebal saat pihak sekolah mengancam akan “merumahkan” siswi yang tetep ngotot untuk memakai jilbab ke sekolah. Ancaman tersebut dibuktikan dengan surat edaran kepala sekolah yang menyatakan bahwa, jika ada siswi yang tetap bersikeras mengenakan busana muslimah itu ke sekolah, maka dipastikan siswi tersebut akan diskors dan tidak dibolehkan mengkuti ujian Cawu di sekolah. Ancaman seperti ini tentu aja bikin ciut nyali para siswi berjilbab. Bukan tak mungkin bagi mereka yang lemah iman bakalan keder bin riweuh lalu mengalah terhadap peraturan sekolah tersebut. Bahaya bin gaswat!
Sobat muda muslim, yang jadi pertanya-an adalah, mengapa sekolah bisa begitu kejam dalam bersikap terhadap para siswi muslimah yang ngotot mengenakan jilbab ke sekolah? Bukankah hal itu udah nggak jamannya lagi? Wuah, kayaknya kita kudu menelusuri lebih jauh. Siapa tahu, emang ada salah paham di antara pihak sekolah dengan teman remaja puteri. Atau jangan-jangan emang sengaja kasus tentang jilbab sekolah ini kembali dimunculkan oleh pihak-pihak yang nggak suka dengan maraknya syiar Islam. Kita kudu teliti dulu, sobat.
Hmm..., kalo diperhatiin, sebenarnya nggak beralasan pihak sekolah mengeluarkan “ultimatum” seperti itu. Mengapa? Sebab, apa salahnya jilbab? Apakah pelajar puteri yang ingin melaksanakan salah satu kewajibannya dalam Islam dianggap melanggar aturan sekolah? Juga, apakah merupakan sebuah aib bila sekolah negeri atau yang bersifat umum (baca: bukan sekolah agama) banyak siswi muslimahnya mengenakan jilbab? And than... apakah akan mengganggu proses belajar mengajar hanya karena para siswinya mengenakan jilbab? Kita rasa beberapa pertanyaan ini perlu dijawab oleh pihak sekolah. Walah berani amat...? He..he...he... adakalanya memang kita tak perlu takut dalam beberapa hal. Utamanya bila itu menyangkut urusan keyakinan dalam beragama. 
Memang aneh bin ajaib kalo merhatiin keadaan sekarang. Misalnya aja akhir tahun lalu, seorang karyawati SOGO, Mbak Misye A Sasongko, harus memilih keluar dari perusahan tersebut. Pasalnya, pihak perusahaan keberat-an bila karyawatinya mengenakan jilbab. Konon kabarnya akan merusak citra perusahaan tersebut. Walah? Apa hubungannya coba? Apakah karena jilbab dianggap menghambat produktivitas dan melemahkan etos kerja? Rasanya semua pihak kudu melihat persoalan ini dengan bijak. Jilbab bukan masalah!

Definisi jilbab
Sobat muda muslim, mungkin kejadian ini bisa muncul karena kesalahan dalam memahami dan mendefinisikan jilbab. Rasanya, banyak juga di antara kaum muslimin sendiri agak kesulitan dalam mendefinisikan jilbab. Ada yang bilang bahwa jilbab itu, ya kerudung itu. Kalo ada anak puteri udah pake kerudung, lantas disebut udah pake jilbab. Wah, itu salah besar. Dan jelas belum dikatakan berjilbab. Firman Allah Swt.:
يَاأَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لأَِزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلاَبِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلاَ يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
“Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbab-nya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang."(TQS. al-Ahzab [33]: 59).
Yup, kita coba ngasih penjelasan. Begini sobat, jilbab bermakna milhâfah (baju kurung atau semacam abaya yang longgar dan tidak tipis), kain (kisâ’) apa saja yang dapat menutupi, atau pakaian (tsawb) yang dapat menutupi seluruh bagian tubuh. Di dalam kamus al-Muhîth dinyatakan demikian: Jilbab itu laksana sirdâb (terowongan) atau sinmâr (lorong), yakni baju atau pakaian yang longgar bagi wanita selain baju kurung atau kain apa saja yang dapat menutupi pakaian keseharian-nya seperti halnya baju kurung.
Nah, kalo mau pengen tahu penjelasan tambahannya, ada juga keterangan dalam kamus ash-Shahhâh, al-Jawhârî menyatakan: Jilbab adalah kain panjang dan longgar (milhâfah) yang sering disebut mulâ’ah (baju kurung).
Nah, kapan mengenakan jilbab? Yang pasti kalo seorang muslimah pergi keluar rumah. Atau kalo pun di dalam rumah, saat ada tamu asing (bukan mahrom). Sebab memang tujuannya juga adalah untuk menutup auratnya. Oya, untuk bisa disebut mengenakan busana muslimah, maka seorang muslimah harus mengenakan jilbab lengkap dengan kerudungnya. Begitu deh, secara singkatnya.
Persoalan inilah yang kayaknya nggak nyambung bagi pihak sekolah. Utamanya untuk kasus yang terjadi sekarang. Kalo dulu pihak sekolah mengikuti peraturan Depertemen PDK dalam aturan pakaian seragam sekolah yang emang melarang sama sekali bagi siswi muslimah untuk mengenakan kerudung, apalagi jilbab. Aturan itu dirasa begitu “kejam”. Tapi yang terjadi sekarang, pihak sekolah konon kabarnya masih membolehkan siswi yang berkerudung, tapi syaratnya masih mengenakan pakaian atas-bawah (baca: kemeja dan rok).
Tentu saja, bagi para siswi yang udah mendapat pemahaman bahwa jilbab adalah seperti dalam definisi di atas, maka wajar bila kemudian ia menjahit pakaian atas (baju) dengan pakaian bawah (rok). Sehingga menjadi nyambung (baju terusan). Nah, rupanya pihak sekolah rada ngadat dengan kejadian ini. Dan dianggap telah menyalahi aturan pakaian seragam sekolah yang telah ditetapkan Depdiknas. Walah?
Sobat muda muslim, mungkin disinilah letak masalahnya. Yakni kesalahan dalam memahami definisi jilbab. Sebab, pihak sekolah nggak melarang bagi mereka yang mengenakan kerudung dan pakaiannya (baju dan rok) yang nggak dijahit.

Bagaimana sikap kita?
Oke deh. Kalo itu persoalannya, ini jelas harus dibicarakan dengan pihak sekolah. Kamu bisa  mengadakan dialog secara terbuka dengan para guru dan kepala sekolah untuk menjelaskan definisi jilbab, dan konsekuensi bagi seorang muslimah ketika mereka mengetahui tentang kewajiban untuk mengenakannya. Bila itu tidak berhasil, rasanya kamu butuh mediator. Bisa dari orang tua murid. Bisa juga dari guru yang udah mendukung langkah kamu. Atau bisa mencari dukungan dari seluruh kaum muslimin yang ada di wilayah kamu.
Tapi yang jelas, kamu jangan menyerah dengan kenyataan ini. Dan jangan pernah ada istilah putus asa. Sebaliknya, kamu nyari dukungan dari berbagai kalangan. Dan yakinlah, bahwa sikap keukeuh kamu dalam berjilbab adalah bagian dari upaya untuk mempertahan-kan keyakinan agama.
Sobat muda muslim, kita mengakui kok, bahwa tak selalu mudah menghadapi setiap masalah. Itu sebabnya, kita kudu menggalang kekuatan bersama. Misalnya aja, bila kemudian jalan dialog mengalami deadlock alias jalan buntu, maka bagaimana sikap kita?
Tetep yakin. Jangan menyerah. Anggap saja itu sebagai rintangan dalam perjalanan dakwah kita. Dan rintangan bukan untuk dihindari, tapi disingkirkan. Bila di jalan ada duri, kamu jangan nyari jalan lain, tapi singkirkan duri itu, supaya kamu tetep bisa jalan di jalan yang sama.
Sobat muda muslim, kamu juga kudu yakin, bahwa nggak bakalan pihak sekolah itu mengambil tindakan yang begitu berbahaya, misalnya mengeluarkan kamu dari sekolah. Insya Allah itu tidak akan terjadi. Lagi pula apa salahnya? Karena melanggar aturan sekolah? Wuah, rasanya kita kudu menyampaikan bahwa Islam sebagai patokan dalam kehidupan seorang muslim. Setiap muslim, siapa pun ia, wajib terikat dengan hukum syara. Dan hanya patuh pada hukum Islam, bukan hukum yang lain. Jadi emang Islam nggak bisa dipisahkan dalam kehidupan ini. Nggak bisa juga dikavling-kavling dalam melaksanakan kewajiban. Misalnya, untuk mengenakan jilbab hanya boleh di sekolah agama atau pesantren. Walah, ini mah bisa diketawain ama semut tuh  
Nggak bisa. dan emang nggak boleh dipisahkan seperti itu. Di manapun dan kapanmu, seorang muslim, siapapun ia, wajib terikat dengan aturan Islam. Bukan aturan yang lain.
Uppss.. tapi kayaknya nggak ada yang berani deh pihak sekolah melakukan konfrontasi dengan siswanya sendiri. Lagian daripada capek-capek “ngatur” yang udah baik-baik, mendingan ngurusin temen-temen remaja puteri Islam yang masih bermasalah. Pamer aurat, terlibat seks bebas, terlilit masalah narkoba. Itu lebih bermanfaat dan emang bagian dari tanggung jawab dalam mendidik. Lagian dosa kan membiarkan anak-anak puteri pamer aurat. Rasulullah saw. bersabda:
ÓóÇÁñ ßóÇÓöíóÇÊñ ÚóÇÑöíóÇÊñ ãóÇÆöáÇóÊñ ãõãöíáÇóÊñ ÑõÁõæÓõåõäøó ßóÃóÓúäöãóÉö ÇáúÈõÎúÊö áÇó íóÏúÎõáõäøó ÇúáÌóäøóÉó æóáÇó íóÌöÏúäó ÑöíúÍóåóÇ áóíõæÌóÏõ ãöäú ãóÓöíúÑóÉö ßóÐóÇ æó ßóÐóÇ
“Wanita yang berpakaian tapi telanjang, mereka melenggak-lenggokkan tubuhnya dan kepalanya bagai punuk unta yang miring, mereka tidak akan masuk surga dan tidak akan mendapatkan keharumannya, meskipun harum surga itu dapat dicium dari jarak sekian dan sekian.”(HR Muslim).
Tapi gimana kalo ternyata mereka ngotot memberikan sanksi? Sabar dan tetap terus berusaha. Insya Allah seluruh kaum muslimin akan mendukung langkah kamu. Jalin kerjasama dengan berbagai ormas Islam atau partai politik Islam yang ada di sekitar kamu. Masak sih mereka pada cuek aja. Lagian itu kan tugas mereka. Tul nggak? Tenang, sabar, dan tetap berusaha!

Perjuangan butuh pengorbanan
Rasanya, dalam kamus orang yang berjuang, pasti ia sadar betul bahwa itu akan senantiasa bersanding dengan pengorbanan. Karena emang itulah konsekuensi dari sebuah perjuangan. Perjuangan tanpa pengorbanan, rasanya nggak seru. Nggak bermakna.
Kamu yang sukses mendapat posisi juara umum di sekolah, pasti udah merasakan gimana lelahnya sebuah perjuangan, sekaligus merasakan “nikmatnya” sebuah pengorbanan. Untuk jadi JU, kamu perlu waktu dan tenaga lebih dari teman yang lain, yang hanya cukup merasa puas mendapat nilai minimal untuk bisa naik kelas.
Untuk meraih perjuangan yang berat dalam dakwah ini, tentunya banyak pula pengorbanan yang kudu kita berikan. Firman Allah Swt.: Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (TQS al-Baqarah [2]: 214)
Kamu pun jangan takut dan bersedih hati, apalagi Allah akan memberikan surga bagi orang-orang beriman yang istiqomah dalam keyakinannya. Firman Allah Swt.
Åöäøó ÇáøóÐöíäó ÞóÇáõæÇ ÑóÈøõäóÇ Çááøóåõ Ëõãøó ÇÓúÊóÞóÇãõæÇ ÊóÊóäóÒøóáõ Úóáóíúåöãõ ÇáúãóáÇóÆößóÉõ ÃóáÇøó ÊóÎóÇÝõæÇ æóáÇó ÊóÍúÒóäõæÇ æóÃóÈúÔöÑõæÇ ÈöÇáúÌóäøóÉö ÇáøóÊöí ßõäúÊõãú ÊõæÚóÏõæäó
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu". (TQS Fushshilat [41]: 30)
Sobat muda muslim, tetap melangkah dan jangan hentikan. Dakwah ini kudu tetap ada dan tumbuh subur dalam jiwa kita. Kita semua menyeru kepada pihak sekolah, dan juga pihak Dinas P dan P, bahwa janganlah hanya karena sebuah aturan dalam seragam sekolah, lalu akhirnya mencampakkan aturan agama yang sudah baku. Jangan mengharamkan yang sudah dihalalkan oleh Allah Swt. Firman Allah Swt:
ÇÔúÊóÑóæúÇ ÈöÂíóÇÊö Çááøóåö ËóãóäðÇ ÞóáöíáÇð ÝóÕóÏøõæÇ Úóäú ÓóÈöíáöåö Åöäøóåõãú ÓóÇÁó ãóÇ ßóÇäõæÇ íóÚúãóáõæäó
“Mereka menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka kerjakan itu.”(TQS. at-Taubah [9]: 9)

Artikel tentang jilbab/Hijab

Artikel tentang jilbab/Hijab

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga memerintahkan kaum wanita untuk menggunakan hijab sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala (yang artinya):
Dan katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluan-nya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.” (Q.S An-Nur: 31)
1.Hijab Itu Adalah Ketaatan Kepada Allah Dan Rasul
     
         Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mewajibkan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala (yang artinya): “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak pula bagi perempuan yang mu’minah, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya dia telah sesat, dengan kesesatan yang nyata.” (Q.S. Al-Ahzab: 36)
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga memerintahkan kaum wanita untuk menggunakan hijab sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala (yang artinya): “Dan katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluan-nya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.” (Q.S An-Nur: 31)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya): “Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah.” (Q.S. Al-Ahzab: 33)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yanga artinya): “Apabila kamu meminta suatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka.” (Q.S. Al-Ahzab: 53)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya): “Hai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mu’min: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” (Q.S. Al-Ahzab: 59)
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Wanita itu aurat” maksudnya adalah bahwa ia harus menutupi tubuhnya.
2.Hijab Itu ‘Iffah (Kemuliaan)
Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kewajiban menggunakan hijab sebagai tanda ‘Iffah (menahan diri dari maksiat). Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya): “Hai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mu’min: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu.” (Q.S. Al-Ahzab: 59)
Itu karena mereka menutupi tubuh mereka untuk menghindari dan menahan diri dari perbuatan jelek (dosa), “karena itu mereka tidak diganggu”. Maka orang-orang fasik tidak akan mengganggu mereka. Dan pada firman Allah “karena itu mereka tidak diganggu” sebagai isyarat bahwa mengetahui keindahan tubuh wanita adalah suatu bentuk gangguan berupa fitnah dan kejahatan bagi mereka.
3.Hijab Itu Kesucian
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya): “Apabila kamu meminta suatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka.” (Q.S. Al-Ahzab: 53)
Allah Subhanahu wa Ta’ala menyifati hijab sebagai kesucian bagi hati orang-orang mu’min, laki-laki maupun perempuan. Karena mata bila tidak melihat maka hatipun tidak berhasrat. Pada saat seperti ini, maka hati yang tidak melihat akan lebih suci. Ketiadaan fitnah pada saat itu lebih nampak, karena hijab itu menghancurkan keinginan orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya): “Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya.” (Q.S. Al-Ahzab: 32)
4.Hijab Itu Pelindung
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda (yang artinya): “Sesungguhnya Allah itu Malu dan Melindungi serta Menyukai rasa malu dan perlindungan”
Sabda beliau yang lain (yang artinya): “Siapa saja di antara wanita yang melepaskan pakaiannya di selain rumahnya, maka Allah Azza wa Jalla telah mengoyak perlindungan rumah itu dari padanya.”
Jadi balasannya setimpal dengan perbuatannya.
5.Hijab Itu Taqwa
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman(yang artinya): “Hai anak Adam! Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling baik.” (Q.S. Al-A’raaf: 26)
6.Hijab Itu Iman
    Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak berfirman kecuali kepada wanita-wanita beriman (yang artinya):“Dan katakanlah kepada wanita yang beriman.” (Q.S. An-Nur: 31).
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman (yang artinya): “Dan istri-istri orang beriman.” (Q.S. Al-Ahzab: 59)
Dan ketika wanita-wanita dari Bani Tamim menemui Ummul Mu’minin, Aisyah radhiyallahu anha dengan pakaian tipis, beliau berkata: “Jika kalian wanita-wanita beriman, maka (ketahuilah) bahwa ini bukanlah pakaian wanita-wanita beriman, dan jika kalian bukan wanita beriman, maka silahkan nikmati pakaian itu.”
7.Hijab Itu Haya’ (Rasa Malu)
     Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda (yang artinya): “Sesungguhnya setiap agama itu memiliki akhlak dan akhlak Islam itu adalah rasa malu.
Sabda beliau yang lain (yang artinya):“Malu itu adalah bagian dari iman dan iman itu di surga.”
Sabda Rasul yang lain (yang artinya): “Malu dan iman itu bergandengan bersama, bila salah satunya di angkat maka yang lainpun akan terangkat.”
8.Hijab Itu Perasaan Cemburu
     Hijab itu selaras dengan perasaan cemburu yang merupakan fitrah seorang laki-laki sempurna yang tidak senang dengan pandangan-pandangan khianat yang tertuju kepada istri dan anak wanitanya. Berapa banyak peperangan terjadi pada masa Jahiliyah dan masa Islam akibat cemburu atas seorang wanita dan untuk menjaga kehormatannya. Ali bin Abi Thalib Radiyallahu ‘anhu berkata: “Telah sampai kepadaku bahwa wanita-wanita kalian berdesak-desakan dengan laki-laki kafir orang ‘ajam (non Arab) di pasar-pasar, tidakkah kalian merasa cemburu? Sesungguhnya tidak ada kebaikan pada seseorang yang tidak memiliki perasaan cemburu.”
Beberapa Syarat Hijab Yang Harus Terpenuhi:
1. Menutupi seluruh anggota tubuh wanita -berdasarkan pendapat yang paling kuat.
2. Hijab itu sendiri pada dasarnya bukan perhiasan.
3. Tebal dan tidak tipis atau trasparan.
4. Longgar dan tidak sempit atau ketat.
5. Tidak memakai wangi-wangian.
6. Tidak menyerupai pakaian wanita-wanita kafir.
7. Tidak menyerupai pakaian laki-laki.
8. Tidak bermaksud memamerkannya kepada orang-orang.
Jangan Berhias Terlalu Berlebihan(Tabarruj)
     Bila anda memperhatikan syarat-syarat tersebut di atas akan nampak bagi anda bahwa banyak di antara wanita-wanita sekarang ini yang menamakan diri sebagai wanita berjilbab, padahal pada hakekatnya mereka belum berjilbab. Mereka tidak menamakan jilbab dengan nama yang sebenarnya. Mereka menamakan Tabarruj sebagai hijab dan menamakan maksiat sebagai ketaatan.
Musuh-musuh kebangkitan Islam berusaha dengan sekuat tenaga menggelincirkan wanita itu, lalu Allah menggagalkan tipu daya mereka dan meneguhkan orang-orang Mu’min di atas ketaatan kepada Tuhannya. Mereka memanfaatkan wanita itu dengan cara-cara kotor untuk memalingkannya dari jalan Tuhan dengan memproduksi jilbab dalam berbagai bentuk dan menamakannya sebagai “jalan tengah” yang dengan itu ia akan mendapatkan ridha Tuhannya -sebagaimana pengakuan mereka- dan pada saat yang sama ia dapat beradaptasi dengan lingkungannya dan tetap menjaga kecantikannya.
Kami Dengar Dan Kami Taat
       Seorang muslim yang jujur akan menerima perintah Tuhannya dan segera menerjemahkannya dalam amal nyata, karena cinta dan perhomatannya terhadap Islam, bangga dengan syariat-Nya, mendengar dan taat kepada sunnah nabi-Nya dan tidak peduli dengan keadaan orang-orang sesat yang berpaling dari kenyataan yang sebenarnya, serta lalai akan tempat kembali yang ia nantikan. Allah menafikan keimanan orang yang berpaling dari ketaatan kepada-Nya dan kepada rasul-Nya:“Dan mereka berkata: “Kami telah beriman kepada Allah dan rasul, dan kami menaati (keduanya).” Kemudian sebagian dari mereka berpaling sesudah itu, sekali-kali mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman. Dan apabila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya, agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka, tiba-tiba sebagian dari mereka menolak untuk datang.” (Q.S. An-Nur: 47-48)
Firman Allah yang lain (yang artinya): “Sesungguhnya jawaban orang-orang mu’min, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan: “Kami mendengar dan kami patuh.” Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” Dan barangsiapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapatkan kemenangan.” (Q.S. An-Nur: 51-52)
Dari Shofiyah binti Syaibah berkata: “Ketika kami bersama Aisyah radhiyallahu anha, beliau berkata: “Saya teringat akan wanita-wanita Quraisy dan keutamaan mereka.” Aisyah berkata: “Sesungguhnya wanita-wanita Quraisy memiliki keutamaan, dan demi Allah, saya tidak melihat wanita yang lebih percaya kepada kitab Allah dan lebih meyakini ayat-ayat-Nya melebihi wanita-wanita Anshor. Ketika turun kepada mereka ayat: “Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya.” (Q.S. An-Nur: 31) Maka para suami segera mendatangi istri-istri mereka dan membacakan apa yang diturunkan Allah kepada mereka. Mereka membacakan ayat itu kepada istri, anak wanita, saudara wanita dan kaum kerabatnya. Dan tidak seorangpun di antara wanita itu kecuali segera berdiri mengambil kain gorden (tirai) dan menutupi kepala dan wajahnya, karena percaya dan iman kepada apa yang diturunkan Allah dalam kitab-Nya. Sehingga mereka (berjalan) di belakang Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam dengan kain penutup seakan-akan di atas kepalanya terdapat burung gagak.”
Dikutip dari Kitab “Al Hijab” Departemen Agama Arab Saudi, Penebit: Darul Qosim P.O. Box 6373 Riyadh 11442

Monday, August 25, 2014

Orangtuaku, Teladanku

Punya orangtua yang bisa dijadiin teladan adalah keinginan kita semua. Tentu senangnya bukan main ya kalo ortu udah bisa dijadiin teladan bagi anak-anaknya. Kita juga bakalan malu dong kalo harus merendahkan mereka. Sebaliknya kita akan menghormatinya, mencintainya, dan juga menyayanginya. Rasanya tentram banget kalo kita punya ortu yang bisa ngertiin kita-kita, peduli, penuh kasih sayang, dan tentunya terus memberikan dukungan buat kemajuan kita. Apalagi jika ortu kita membimbing, mengarah-kan, dan membina kita dengan benar dan baik dalam bingkai ajaran agama. Wuih, rasanya kita bisa menatap masa depan ini dengan penuh rasa percaya diri. Dunia dan akhirat bisa kita raih dengan penuh semangat.
Sobat muda muslim, perasaan terdalam dari kita-kita sebagai remaja memang menginginkan contoh dan teladan dari orang-orang terdekat dalam keluarga kita. Mereka adalah orangtua kita. Bener lho. Sebab, bukannya kita manja, meski kita udah gede sekalipun tetep aja butuh perhatian dari orangtua. Nggak kebayang deh kalo orangtua kita malah cuek bebek aja ama perkembangan anak-anaknya. Jangan sampe deh ortu kita begitu rupa. Amit-amit jabang bayi. Bisa seumur-umur tuh nyeselnya.
Tapi, menyaksikan kondisi kelurga muslim saat ini rasanya sedih banget deh. Gimana nggak, dengan alasan mengejar kemapanan ekonomi keluarga, acapkali orangtua pada sibuk dengan urusannya masing-masing. Ayah sibuk bekerja, sementara ibu juga sibuk dengan pekerjaannya atau mungkin usahanya yang sering di luar rumah. Kehadiran anak-anak yang lucu dan imut cuma mampu menghibur di kala sepi aja. Sebagian malah dibiarkan tumbuh dengan warna karakter yang apa adanya.
Emang sih, bukan berarti kaum ibu nggak boleh sama sekali bekerja. Silakan aja, selama bisa mencurahkan kasih sayang dan perhatian yang lebih kepada buah hatinya. Repotnya emang kalo kondisi ekonomi keluarga ngepas banget. Mau nggak mau ibu juga ikutan banting-tulang nyari tambahan untuk mengepulkan asap dapur.
Nah, kalo bicara kondisi sekarang bisa kena dilema. Khususnya bagi keluarga yang pas-pasan dari segi penghidupan ekonominya. Kalo di rumah aja cuma ngurus anak, alamat berkurang pemasukan untuk menopang kebutuhan keluarga. Apalagi yang anaknya banyak. Bisa kebayang gimana repotnya. Kalo ikutan kerja bantu suami, anak-anak bisa berkurang mendapatkan kasih sayang.
Dalam kondisi seperti ini, bisa saja ibu bekerja membantu ayah, tapi tolong juga perhatikan anak-anak. Itu sebabnya, mungkin jenis pekerjaannya yang bisa diakalin supaya nggak menyita banyak perhatian buat anak-anaknya. Misalnya buka warung, mengajar anak-anak TPA, atau kecil-kecilan jualan kue hasil kreasi sendiri, mungkin juga belajar punya kete-rampilan menjahit dan jenis pekerjaan lain yang sekira-nya bisa tetap memantau perkembangan pribadi anak-anak. Boleh juga tuh bagi para ibu yang kebetulan sarjana, bisa aja buka usaha les privat, atau mengajar di sekolah atau perguruan tinggi dengan jam pelajaran yang nggak banyak dalam seharinya.
Ya, itu semua memang butuh pengorba-nan. Membekali anak-anak dengan keimanan, kedisiplinan, dan tanggungjawab jauh lebih berharga ketimbang membekali mereka dengan harta semata. Pengorbanan yang diberikan para ortu insya Allah bermanfaat bagi anak-anaknya. Kita yakin kok, semua orangtua ingin agar anak-anaknya juga tumbuh dewasa dengan pribadi yang matang, kuat, punya tanggung jawab, dan tentunya taat beragama.
Sobat muda, yang dibutuhkan saat ini adalah bagaimana mengkomunikasikan harapan kita kepada ortu kita. Tul nggak?

Kita butuh perhatian
Kita ingin perhatian dan kepedulian lebih banyak diberikan sama ortu. Bukan apa-apa, perhatian dan kepedulian ini jauh lebih berharga ketimbang harta benda. Sebab, kita anak-anaknya, nggak mau cuma dianggap sebagai bilangan aja, tapi juga ingin diperhitungkan.
Tegur-sapa, canda-tawa, dan juga me-nanyakan tentang hal yang ringan, bisa menumbuhkan kebersamaan. Bahkan kita bisa belajar saling menghargai perbedaan. Juga saling memahami kekurangan dan kelebihan masing-masing. Nggak mustahil kan kalo kemudian terjalin ikatan batin yang kuat dan kokoh di antara anggota keluarga?
Sobat muda muslim, perhatian dan kepedulian dari orangtua akan mampu memberikan semangat hidup bagi kita. Sepertinya tak ada batas antara ortu dengan kita. Yang ada hanyalah jembatan kasih sayang yang tumbuh dari perhatian setulus hati. Komunikasi kita dengan ortu nyaris tak ada hambatan, jika semuanya dilandasi dengan kepercayaan dan pengertian. 
Dorothy Law Nolte menuliskan sebuah puisi indah yang menceritakan hubungan pendidikan orang tua dengan pembentukan karakter anak-anak. Sengaja saya cuplikkan sebagai bahan renungan kita bersama:
Anak Belajar dari Kehidupannya
Jika anak dibesarkan dengan celaan,
Ia belajar memaki.
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan,
Ia belajar berkelahi.
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan,
Ia belajar rendah diri.
Jika anak dibesarkan dengan penghinaan,
Ia belajar menyesali diri.
Jika anak dibesarkan dengan toleransi,
Ia belajar menahan diri.
Jika anak dibesarkan dengan dorongan,
Ia belajar percaya diri.
Jika anak dibesarkan dengan pujian,
Ia belajar menghargai.
Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan,
Ia belajar keadilan.
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman,
Ia belajar menaruh kepercayaan.
Jika anak dibesarkan dukungan,
Ia belajar menyenangi dirinya.
Jika anak dibesarkan dengan kasih-sayang dan persahabatan,
Ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan.
(diambil dari Psikologi Komunikasi,  Jalaluddin Rahmat. Hlm. 102-103).
Bila anak tumbuh menjadi liar, keras, pendendam, dan tidak punya sikap penyayang. Tentu tidak muncul begitu saja. Barangkali para orangtualah yang merekayasa semuanya. Duh, jangan sampe deh.
Tapi, tentunya kita nggak bisa menya-lahkan sepenuhnya bahwa ini adalah hasil kreasi para ortu. Kondisi kehidupan di alam kapi-talisme-sekularisme seperti saat ini, yang telah menciptakan kebejatan dan ikut menyumbang bobroknya kepribadian masya-rakat dan individu di dalamnya.
Meski demikian, peran orangtua sebagai pemimpin dalam keluarga tetep diperlukan. Tentunya dibutuhkan sebagai langkah awal pencegahan dalam rangka mendidik generasi unggulan ini. Setuju kan? Itu sebabnya, kita tetap mengharapkan hubungan yang baik antara ortu dengan anak-anaknya. Dan itu dimulai dari ortu. Aduh uenake kalo ortu kita jadi teladan dalam hidup kita.

Belajar saling mencintai
Sobat muda muslim, bisa jadi kita perlu ngobrol dan mendiskusikan sama ortu kita bahwa pengorbanan yang mereka berikan kepada kita, anak-anaknya adalah bernilai ibadah di sisi Allah. Tentunya berpahala dong.
Ada sebuah riwayat menarik mengenai hal itu. Diriwayatkan bahwa ada seorang seorang perempuan miskin datang menemui Aisyah r.a. “Ia membawa dua orang anak perem-puan. Aku memberikan tiga butir kurma kepadanya. Ia memberikan dua butir kurma kepada anaknya. Ia bermaksud untuk memakan sisanya. Tetapi kedua orang anaknya berusaha mere-butnya, sehingga kurma itu pun jatuh dari tangannya. Akhirnya, perempuan itu tidak makan kurma satu butir pun. Aku terpesona dengan perilaku perem-puan itu. Aku ceritakan peristiwa itu kepada Rasulullah saw. Ia bersabda; “Barangsiapa yang mendapat ujian atau menderita karena mengurus anak-anaknya, kemudian ia berbuat baik kepada mereka, maka anak-anaknya akan menjadi penghalang baginya dari siksa neraka.” (H.R. Bukhari, Muslim, dan Turmudzi).
Duh, kita mengharapkan banget ortu kita bisa membimbing kita untuk menemukan kebenaran Islam. Itu sebabnya, mungkin mulai sekarang bisa diobrolkan dengan ortu kita tentang tanggung jawabnya itu. Yup, tentu bukan orangtua yang baik yang meninggalkan anak-anaknya dalam keadaan lemah. Baik iman, ilmu dan harta. Kita, membutuhkan semuanya.
Suatu  ketika Luqmanul Hakim bercakap-cakap dengan anaknya. “Wahai ayah, apa yang terbaik bagi manusia?”
“Agama,” jawab Luqman.
“Kalau dua?”
“Agama dan harta.”
“Kalau tiga?”
“Agama, harta dan rasa malu.”
“Bila empat?”
“Agama, harta, rasa malu dan akhlak yang mulia.”
“Jika lima?”
Agama, harta, rasa malu, dan akhlak yang mulia dan dermawan.”
Anaknya bertanya lagi, “Jika enam?”
Luqman menjawab, “Anakku, jika yang lima itu berkumpul pada diri seorang hamba maka dia adalah orang yang bertakwa, dan Allah akan menolong orang yang menjauhi syetan.”
Andai para ibu seperti yang diceritakan dalam hadist tadi, dan juga para ayah seperti Lukmanul Hakim, kebanggaan kita besar banget kepada mereka. Dialah ortu teladan kita. Subhanallahu. Tapi kita yakin kok, bahwa para ortu sekarang juga bisa belajar dari para ortu teladan yang tadi disebutkan. Insya Allah. Kuncinya, coba kita ajak ortu untuk sama-sama belajar saling mencintai. Meski untuk saling mencintai tak ada seko-lahnya, tapi kita wajib belajar untuk bisa men-cintai dengan benar. Setuju kan?

Menjalin komunikasi
Peran komunikasi me-mang besar dalam menjalin hubungan antar manusia. Salah komunikasi maka akibatnya juga bisa fatal. Lebih parah lagi kalo nggak ada komunikasi sama sekali. Termasuk komunikasi dalam keluarga. Hih, bayangin aja kalo para penghuni sibuk dengan urusannya masing-masing. Bisa-bisa tuh rumah nggak ada bedanya dengan kuburan. Sepi dan mencekam. Emang sih komunikasi bisa dengan tanda atau gambar, tapi alangkah enaknya kalo juga dengan obrolan. Biar terikat bathin satu sama lain. Betul? Yup, seratus buat kamu! :-)
Dengan komunikasi kita juga jadi ngeh ama yang diingkan partner kita. Kita juga bisa mengelola informasi yang baik dengan ortu kita. Hasilnya? Wuih, bisa bikin senang kalo kita tinggal di rumah.
Kalo pun marahan sama ortu, kita bisa mendiskusikannya dengan baik. Tul nggak? Berbeda pendapat soal keinginan itu wajar. Tapi jadi nggak wajar kalo sama-sama ngotot. Misalnya aja soal tontonan televisi. Kebetulan tayangan yang kamu suka dengan tayangan yang ayahmu suka sama jamnya. Kita udah kebelet pengen nonton David Beckham main bola, eh, bapak kita lebih suka nonton wayang kulit. Tivi cuma satu lagi.
Waduh, kalo sama-sama ngotot bisa berabe tuh. Coba deh obrolin. Kali aja bisa dise-pakati untuk pindah chanel tiap sepuluh menit. Kalo ayahmu nggak bisa diganggu, ya, kamu kudu ngalah. Itu lebih baik. Membiarkan ayah kamu terhibur dengan hobinya kan berpahala juga. Tul nggak? Nggak usah marahan. Oke?
Kita wajib menghormatinya dan nggak boleh sama sekali membencinya. Allah Swt. berfirman: Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. (TQS al-Isrâ’ [17]: 23)
Sobat muda muslim, mulai sekarang mari kita jalin kerjasama dengan ortu kita. Supaya ngeh dengan peran masing-masing. Kita butuh ortu teladan, dan kita yakin ortu juga ingin anak-anaknya berbakti kepada mereka. Jadi, ayo jalin komunikasi yang sehat untuk menumbuhkan rasa saling peduli, kasih sayang, dan juga cinta dalam bingkai ajaran Islam. Insya Allah bisa kok itu semua kita jalani. Yakinlah. [solihin]

Orangtuaku, Teladanku

Punya orangtua yang bisa dijadiin teladan adalah keinginan kita semua. Tentu senangnya bukan main ya kalo ortu udah bisa dijadiin teladan bagi anak-anaknya. Kita juga bakalan malu dong kalo harus merendahkan mereka. Sebaliknya kita akan menghormatinya, mencintainya, dan juga menyayanginya. Rasanya tentram banget kalo kita punya ortu yang bisa ngertiin kita-kita, peduli, penuh kasih sayang, dan tentunya terus memberikan dukungan buat kemajuan kita. Apalagi jika ortu kita membimbing, mengarah-kan, dan membina kita dengan benar dan baik dalam bingkai ajaran agama. Wuih, rasanya kita bisa menatap masa depan ini dengan penuh rasa percaya diri. Dunia dan akhirat bisa kita raih dengan penuh semangat.
Sobat muda muslim, perasaan terdalam dari kita-kita sebagai remaja memang menginginkan contoh dan teladan dari orang-orang terdekat dalam keluarga kita. Mereka adalah orangtua kita. Bener lho. Sebab, bukannya kita manja, meski kita udah gede sekalipun tetep aja butuh perhatian dari orangtua. Nggak kebayang deh kalo orangtua kita malah cuek bebek aja ama perkembangan anak-anaknya. Jangan sampe deh ortu kita begitu rupa. Amit-amit jabang bayi. Bisa seumur-umur tuh nyeselnya.
Tapi, menyaksikan kondisi kelurga muslim saat ini rasanya sedih banget deh. Gimana nggak, dengan alasan mengejar kemapanan ekonomi keluarga, acapkali orangtua pada sibuk dengan urusannya masing-masing. Ayah sibuk bekerja, sementara ibu juga sibuk dengan pekerjaannya atau mungkin usahanya yang sering di luar rumah. Kehadiran anak-anak yang lucu dan imut cuma mampu menghibur di kala sepi aja. Sebagian malah dibiarkan tumbuh dengan warna karakter yang apa adanya.
Emang sih, bukan berarti kaum ibu nggak boleh sama sekali bekerja. Silakan aja, selama bisa mencurahkan kasih sayang dan perhatian yang lebih kepada buah hatinya. Repotnya emang kalo kondisi ekonomi keluarga ngepas banget. Mau nggak mau ibu juga ikutan banting-tulang nyari tambahan untuk mengepulkan asap dapur.
Nah, kalo bicara kondisi sekarang bisa kena dilema. Khususnya bagi keluarga yang pas-pasan dari segi penghidupan ekonominya. Kalo di rumah aja cuma ngurus anak, alamat berkurang pemasukan untuk menopang kebutuhan keluarga. Apalagi yang anaknya banyak. Bisa kebayang gimana repotnya. Kalo ikutan kerja bantu suami, anak-anak bisa berkurang mendapatkan kasih sayang.
Dalam kondisi seperti ini, bisa saja ibu bekerja membantu ayah, tapi tolong juga perhatikan anak-anak. Itu sebabnya, mungkin jenis pekerjaannya yang bisa diakalin supaya nggak menyita banyak perhatian buat anak-anaknya. Misalnya buka warung, mengajar anak-anak TPA, atau kecil-kecilan jualan kue hasil kreasi sendiri, mungkin juga belajar punya kete-rampilan menjahit dan jenis pekerjaan lain yang sekira-nya bisa tetap memantau perkembangan pribadi anak-anak. Boleh juga tuh bagi para ibu yang kebetulan sarjana, bisa aja buka usaha les privat, atau mengajar di sekolah atau perguruan tinggi dengan jam pelajaran yang nggak banyak dalam seharinya.
Ya, itu semua memang butuh pengorba-nan. Membekali anak-anak dengan keimanan, kedisiplinan, dan tanggungjawab jauh lebih berharga ketimbang membekali mereka dengan harta semata. Pengorbanan yang diberikan para ortu insya Allah bermanfaat bagi anak-anaknya. Kita yakin kok, semua orangtua ingin agar anak-anaknya juga tumbuh dewasa dengan pribadi yang matang, kuat, punya tanggung jawab, dan tentunya taat beragama.
Sobat muda, yang dibutuhkan saat ini adalah bagaimana mengkomunikasikan harapan kita kepada ortu kita. Tul nggak?

Kita butuh perhatian
Kita ingin perhatian dan kepedulian lebih banyak diberikan sama ortu. Bukan apa-apa, perhatian dan kepedulian ini jauh lebih berharga ketimbang harta benda. Sebab, kita anak-anaknya, nggak mau cuma dianggap sebagai bilangan aja, tapi juga ingin diperhitungkan.
Tegur-sapa, canda-tawa, dan juga me-nanyakan tentang hal yang ringan, bisa menumbuhkan kebersamaan. Bahkan kita bisa belajar saling menghargai perbedaan. Juga saling memahami kekurangan dan kelebihan masing-masing. Nggak mustahil kan kalo kemudian terjalin ikatan batin yang kuat dan kokoh di antara anggota keluarga?
Sobat muda muslim, perhatian dan kepedulian dari orangtua akan mampu memberikan semangat hidup bagi kita. Sepertinya tak ada batas antara ortu dengan kita. Yang ada hanyalah jembatan kasih sayang yang tumbuh dari perhatian setulus hati. Komunikasi kita dengan ortu nyaris tak ada hambatan, jika semuanya dilandasi dengan kepercayaan dan pengertian. 
Dorothy Law Nolte menuliskan sebuah puisi indah yang menceritakan hubungan pendidikan orang tua dengan pembentukan karakter anak-anak. Sengaja saya cuplikkan sebagai bahan renungan kita bersama:
Anak Belajar dari Kehidupannya
Jika anak dibesarkan dengan celaan,
Ia belajar memaki.
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan,
Ia belajar berkelahi.
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan,
Ia belajar rendah diri.
Jika anak dibesarkan dengan penghinaan,
Ia belajar menyesali diri.
Jika anak dibesarkan dengan toleransi,
Ia belajar menahan diri.
Jika anak dibesarkan dengan dorongan,
Ia belajar percaya diri.
Jika anak dibesarkan dengan pujian,
Ia belajar menghargai.
Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan,
Ia belajar keadilan.
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman,
Ia belajar menaruh kepercayaan.
Jika anak dibesarkan dukungan,
Ia belajar menyenangi dirinya.
Jika anak dibesarkan dengan kasih-sayang dan persahabatan,
Ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan.
(diambil dari Psikologi Komunikasi,  Jalaluddin Rahmat. Hlm. 102-103).
Bila anak tumbuh menjadi liar, keras, pendendam, dan tidak punya sikap penyayang. Tentu tidak muncul begitu saja. Barangkali para orangtualah yang merekayasa semuanya. Duh, jangan sampe deh.
Tapi, tentunya kita nggak bisa menya-lahkan sepenuhnya bahwa ini adalah hasil kreasi para ortu. Kondisi kehidupan di alam kapi-talisme-sekularisme seperti saat ini, yang telah menciptakan kebejatan dan ikut menyumbang bobroknya kepribadian masya-rakat dan individu di dalamnya.
Meski demikian, peran orangtua sebagai pemimpin dalam keluarga tetep diperlukan. Tentunya dibutuhkan sebagai langkah awal pencegahan dalam rangka mendidik generasi unggulan ini. Setuju kan? Itu sebabnya, kita tetap mengharapkan hubungan yang baik antara ortu dengan anak-anaknya. Dan itu dimulai dari ortu. Aduh uenake kalo ortu kita jadi teladan dalam hidup kita.

Belajar saling mencintai
Sobat muda muslim, bisa jadi kita perlu ngobrol dan mendiskusikan sama ortu kita bahwa pengorbanan yang mereka berikan kepada kita, anak-anaknya adalah bernilai ibadah di sisi Allah. Tentunya berpahala dong.
Ada sebuah riwayat menarik mengenai hal itu. Diriwayatkan bahwa ada seorang seorang perempuan miskin datang menemui Aisyah r.a. “Ia membawa dua orang anak perem-puan. Aku memberikan tiga butir kurma kepadanya. Ia memberikan dua butir kurma kepada anaknya. Ia bermaksud untuk memakan sisanya. Tetapi kedua orang anaknya berusaha mere-butnya, sehingga kurma itu pun jatuh dari tangannya. Akhirnya, perempuan itu tidak makan kurma satu butir pun. Aku terpesona dengan perilaku perem-puan itu. Aku ceritakan peristiwa itu kepada Rasulullah saw. Ia bersabda; “Barangsiapa yang mendapat ujian atau menderita karena mengurus anak-anaknya, kemudian ia berbuat baik kepada mereka, maka anak-anaknya akan menjadi penghalang baginya dari siksa neraka.” (H.R. Bukhari, Muslim, dan Turmudzi).
Duh, kita mengharapkan banget ortu kita bisa membimbing kita untuk menemukan kebenaran Islam. Itu sebabnya, mungkin mulai sekarang bisa diobrolkan dengan ortu kita tentang tanggung jawabnya itu. Yup, tentu bukan orangtua yang baik yang meninggalkan anak-anaknya dalam keadaan lemah. Baik iman, ilmu dan harta. Kita, membutuhkan semuanya.
Suatu  ketika Luqmanul Hakim bercakap-cakap dengan anaknya. “Wahai ayah, apa yang terbaik bagi manusia?”
“Agama,” jawab Luqman.
“Kalau dua?”
“Agama dan harta.”
“Kalau tiga?”
“Agama, harta dan rasa malu.”
“Bila empat?”
“Agama, harta, rasa malu dan akhlak yang mulia.”
“Jika lima?”
Agama, harta, rasa malu, dan akhlak yang mulia dan dermawan.”
Anaknya bertanya lagi, “Jika enam?”
Luqman menjawab, “Anakku, jika yang lima itu berkumpul pada diri seorang hamba maka dia adalah orang yang bertakwa, dan Allah akan menolong orang yang menjauhi syetan.”
Andai para ibu seperti yang diceritakan dalam hadist tadi, dan juga para ayah seperti Lukmanul Hakim, kebanggaan kita besar banget kepada mereka. Dialah ortu teladan kita. Subhanallahu. Tapi kita yakin kok, bahwa para ortu sekarang juga bisa belajar dari para ortu teladan yang tadi disebutkan. Insya Allah. Kuncinya, coba kita ajak ortu untuk sama-sama belajar saling mencintai. Meski untuk saling mencintai tak ada seko-lahnya, tapi kita wajib belajar untuk bisa men-cintai dengan benar. Setuju kan?

Menjalin komunikasi
Peran komunikasi me-mang besar dalam menjalin hubungan antar manusia. Salah komunikasi maka akibatnya juga bisa fatal. Lebih parah lagi kalo nggak ada komunikasi sama sekali. Termasuk komunikasi dalam keluarga. Hih, bayangin aja kalo para penghuni sibuk dengan urusannya masing-masing. Bisa-bisa tuh rumah nggak ada bedanya dengan kuburan. Sepi dan mencekam. Emang sih komunikasi bisa dengan tanda atau gambar, tapi alangkah enaknya kalo juga dengan obrolan. Biar terikat bathin satu sama lain. Betul? Yup, seratus buat kamu! :-)
Dengan komunikasi kita juga jadi ngeh ama yang diingkan partner kita. Kita juga bisa mengelola informasi yang baik dengan ortu kita. Hasilnya? Wuih, bisa bikin senang kalo kita tinggal di rumah.
Kalo pun marahan sama ortu, kita bisa mendiskusikannya dengan baik. Tul nggak? Berbeda pendapat soal keinginan itu wajar. Tapi jadi nggak wajar kalo sama-sama ngotot. Misalnya aja soal tontonan televisi. Kebetulan tayangan yang kamu suka dengan tayangan yang ayahmu suka sama jamnya. Kita udah kebelet pengen nonton David Beckham main bola, eh, bapak kita lebih suka nonton wayang kulit. Tivi cuma satu lagi.
Waduh, kalo sama-sama ngotot bisa berabe tuh. Coba deh obrolin. Kali aja bisa dise-pakati untuk pindah chanel tiap sepuluh menit. Kalo ayahmu nggak bisa diganggu, ya, kamu kudu ngalah. Itu lebih baik. Membiarkan ayah kamu terhibur dengan hobinya kan berpahala juga. Tul nggak? Nggak usah marahan. Oke?
Kita wajib menghormatinya dan nggak boleh sama sekali membencinya. Allah Swt. berfirman: Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. (TQS al-Isrâ’ [17]: 23)
Sobat muda muslim, mulai sekarang mari kita jalin kerjasama dengan ortu kita. Supaya ngeh dengan peran masing-masing. Kita butuh ortu teladan, dan kita yakin ortu juga ingin anak-anaknya berbakti kepada mereka. Jadi, ayo jalin komunikasi yang sehat untuk menumbuhkan rasa saling peduli, kasih sayang, dan juga cinta dalam bingkai ajaran Islam. Insya Allah bisa kok itu semua kita jalani. Yakinlah. [solihin]

Jilbab, Koko, dan Jenggot

Ada yang sejuk dalam atmosfir remaja saat ini. Paling tidak, atribut yang dikenakan remaja sekarang lebih ‘hijau’. Bukan berarti ikutan program penghijauan, lho. Bener-bener sejuk dan enak dipandang mata. Yang laki tampil kalem dengan baju koko dan jenggot. Yang konon kabarnya adalah aksesoris ‘wajib’ anak masjid. Meski untuk urusan jenggot, belakangan teman-teman remaja—khususnya yang putri— juga dibikin pusing tujuh keliling. Pasalnya, tidak semua yang berjenggot itu adalah ‘ikhwan’. Malah banyak juga anak Ska dan funky yang ‘nyantolin’ jenggotnya di dagu mereka. Malah pake acara dicat segala.

Dan yang putri saat ini sedang betah memakai jilbab. Mudah-mudahan selamanya. Sekarang remaja memang tengah gandrung dengan Islam. Tentu saja merupakan perkembangan yang sangat menggembirakan.

Terus, Brur. Nggak hanya itu, ternyata teman-teman remaja juga mulai getol mengikuti dan ngadain kajian-kajian keislaman. Untuk melegalkan kegiatannya, mereka ramai-ramai mendirikan orga­nisasi remaja. Coba, udah nggak keitung jumlahnya organisasi remaja masjid.

Di Jakarta saja, remaja masjid yang udah berkibar dengan kegiatan-kegiatan keislamannya lumayan banyak. Ada RISKA (Remaja Islam Sunda Kelapa), Remaja Masjid Cut Mutia, Remaja Masjid Pondok Indah, malah ada juga aktivis Labmend alias Laboratorium Mental Dakwah, dan sebagainya. Tentu saja perkembangan seperti ini perlu terus dipantau dan diarahkan. Soalnya, bila nggak ada bimbingan, khawatir remaja malah cuma ikut-ikutan saja. Sayang kan? Maka, maraknya jilbab, baju koko, dan jenggot yang begitu kental di kalangan remaja seusia kamu harus disikapi dengan serius. Tentu setelah itu adalah diarahkan.

Pekatnya semangat keislaman di kalangan remaja ini diharapkan sebagai counterattack terhadap maraknya budaya pop remaja yang cenderung hura-hura dan bebas nilai. Pembinaan intensif yang mendalam dan jernih serta terarah menjadi keharusan, dan akan mampu menumbuhkan remaja Islam yang handal. Tidak saja mampu menjaga dirinya, tapi juga menularkan kebaikan itu kepada kawan-kawannya. Remaja model begini, bakal mampu menyelamatkan generasi muda dari bahaya kerusakan dalam kehidupannya.



Harus Militan

Perlu diwaspadai, bahwa suasana ini bukan berarti tanpa batu sandungan. Maraknya ‘aksesoris’ Islam yang dikenakan remaja bukan tanpa masalah. Persoalannya adalah, sejauh mana remaja gandrung dengan Islam. Apakah sebatas trend saja atau memang murni muncul dari kesadaran? Ini yang harus perhatikan. Bila itu terbukti cuma trend, tanpa didukung dengan kesadaran dan pasokan tsaqofah yang kuat, bisa berbahaya. Kenapa? Bukan tak mustahil bila kemudian geraknya seperti gaya dewa mabok alias acak-acakan (random move), lalu ambruk dan nggak bangkit lagi. Menyakitkan, bukan?

Jadi gimana, dong? Gini sobat, kita tentu gembira dengan prestasi sebagian dari kamu yang getol menyuarakan Islam. Itu sudah kemajuan tersendiri di tengah haru-birunya budaya Barat yang meracuni pemikiran dan gaya hidup remaja seusia kamu. Artinya, semangat kamu yang menyala-nyala untuk mendakwahkan Islam harus didukung dengan tsaqofah Islam yang tinggi. Dengan kata lain, jangan cuma semangat doang. Tapi harus ada ‘isi’nya. Supaya nggak diledekin dengan peribahasa Tong kosong nyaring bunyinya.

Semangat kamu memakai jilbab, harus didukung pula dengan kajian Islam yang benar. Bukan apa-apa, ketika kamu mengenakan jilbab, pastikan bukan cuma ikut-ikutan atau karena latah mengikuti mode yang berkembang. Tapi harus dipahami sebagai sebuah kewajiban bagi seorang muslimah. 

Inilah yang bakal melahirkan generasi Islam yang militan. Tahu kan militan? Ya, idealislah. Atau mungkin bisa juga disebut ‘garang’. Pokoknya, kental banget nilai-nilai Islamnya. Bukan cuma aksesorisnya saja, tapi juga tsaqofah alias ‘isi’nya. Supaya tahan goncangan, terutama bila harus berhadapan dengan kenyataan yang ditemui di lapangan. Tahan banting deh.

Jadi ketika kamu yang cewek berani membakar bikini dan enjoy dengan jilbab, pastikan bahwa nilai Islam itu juga mampu memenuhi pikiran dan perilaku. Soalnya, malu dong, kalo ternyata kamu berjilbab cuma untuk jual tampang doang. Apalagi Islam tak sampai menyentuh sikap dan perilaku kamu. Bahaya bin gawat. Bukan apa-apa, nanti bila kamu terjebak dalam pergaulan bebas, misalkan. Temen-teman kamu yang masih ‘umum’ berkomentar menyakitkan. Tak mustahil bila mereka memukul rata alias mengeneralisir sikap kamu itu untuk semua yang pakai jilbab. Berabe kan? Maka, mulai sekarang isi juga tuh kepala kamu dengan tsaqofah Islam. Supaya pemikiran dan perilakunya juga Islami. Ini termasuk buat yang cowok juga. Bener, nggak?

Supaya bisa begitu gimana? Begini, harus dipahami bahwa Islam bukan cuma teori. Yang hanya bisa dijumpai dalam kitab-kitab atau ilmu ulama. Catet itu. Bener, Brur! Islam bukan cuma teori. Kalau ada yang ngotot mengatakan bahwa Islam itu hanya teori doang, salah besar. Berarti doi nggak paham dengan Islam itu sendiri. Padahal Rasulullah saw dan para sahabat sudah mempraktekkan masalah ini sehingga melahirkan satu umat yang mulai dan tangguh dalam wadah sistem masyarakat Islam di Madinah yang kemudian menjadi pusat dakwah Islam ke seluruh dunia.

Sobat, Islam itu agama yang sempurna yang tidak saja mengatur urusan akhirat, tapi juga menata kehidupan dunia. Islam nggak cuma ngurusi sholat dan puasa doang, tapi juga mengatur bagaimana menyelesaikan problem ekonomi, politik, pendidikan, dan sebagainya. Dan memang Islam itu wajib direalisasikan dalam kehidupan. Bila ini yang ditempuh, tak mustahil akan muncul generasi yang mulia dan hebat. Firman Allah SWT: “Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.” (Ali Imran: 110).

Sikap militan seperti itu tentu akan mudah membedakan mana yang biasa-biasa saja, mana yang sungguh-sungguh. Bahkan semudah membedakan mana warna hitam dan mana warna putih. Tentu saja karena sangat kontras. Bener nggak, Non?

Bayangkan, bila aktivis Islam cuma mengandalkan semangat, sementara ia mengabaikan tsaqofah Islam. Maksud mengabaikan di sini adalah tidak mempelajarinya. Itu sangat berbahaya. Mungkin mbahnya bahaya. Pokoknya bahaya banget deh. Ada contoh menarik, masalah seperti ini pernah dimuat Republika tanggal 8 Januari 1997. Dalam laporan tersebut, sejumlah anak muda yang melakukan Dakwah On the Street (DOS)—yang merupakan salah satu kegiatan dari Labmend—menebarkan kartu ucapan ‘Selamat Datang Ramadhan’ pada pe­ngendara mobil di Jakarta. Lucunya, remaja-remaja yang ikutan ternyata tidak dididik untuk memahami syariat yang sudah lumrah sekalipun. Mereka yang putri dengan enaknya hanya mengenakan celana jins dan T-Shirt model ketat. Heboh kan kalo ada ‘aktivis’ dakwah model begitu? Kasihan memang!



Cap Eksklusif

Sebutan ini kerap dialamatkan kepada para aktivis dakwah di sekolah. Kayaknya nggak rela kalo ada remaja yang tadinya bandel kemudian berani tampil beda menjadi aktivis masjid, sering dinilai eksklusif. Atau malah diisukan nggak mau gaullah, atau nggak mau gabung sama teman-teman yang bukan anak masjidlah. Bau sorgalah. Macam-macam sebutannya. Yang ujung-ujungnya ternyata mencap para aktivis dakwah di sekolah sebagai orang-orang khusus dan elit. Waduh, berabe juga. Malah tak jarang yang sebetulnya sinis dengan aktivitas anak-anak masjid.

Tapi ingat, teman-teman remaja yang terlanjur dicap eksklusif jangan keterusan geer. Justeru harus bisa merangkul mereka. Mau ngajak mereka dalam kegiatan yang kita buat. Siapa tahu lambat laun mereka bisa mencabut cap eksklusif kepada anak masjid. Karena memang kita nggak diajarkan oleh Rasulullah untuk merasa lebih tinggi dibanding yang lain. Kita harus ngefloor. Tentu saja, itu kan lahan dakwah kita.

Yakin deh, bahwa sikap mereka mencap kita sebagai golongan eksklusif karena mungkin menganggap kalo kita itu udah beda ‘maqam’-nya dengan mereka. Padahal kan tidak begitu. Mereka juga harus bisa seperti kita. Iya, nggak? Iya dong. Masak yang masuk surga cuma kita.



Menuju Kebangkitan

Maraknya jilbab, koko, dan jenggot di kalangan remaja, bagi sebagian orang dinilai sebagai awal dari sebuah kebangkitan Islam. Bisa jadi benar pendapat itu. Hanya saja, jangan kemudian berpuas diri melihat perkembangan seperti itu. Bukan apa-apa, sobat, bila tak didukung dengan peningkatan pola pikir bisa berbahaya.

Kata ‘kebangkitan’ dalam kosa kata bahasa Arab disebut An Nahdlah. Ustadz Hafizh Shalih dalam kitabnya An Nahdlah menyebutkan bahwa suatu bangsa/kaum/individu yang maju dan bangkit adalah mereka yang mempunyai pemikiran-pemikiran yang tinggi (Al Fikru raqiy), sedangkan dalam kitab Hadits As Shiyam disebutkan bahwa An Nahdlah itu mengacu pada meningkatnya taraf berpikir. Disebutkan pula bahwa meningkatnya taraf ekonomi bukan indikasi kebangkitan. Buktinya? Kuwait dan Arab Saudi adalah negara kaya raya, tapi nggak mampu membawa negaranya atau Islam untuk bangkit dibanding Amerika atau negara-negara di Eropa. Mereka dikatakan negara maju, meski taraf ekonominya dibawah Saudi dan Kuwait.

Demikian juga keluhuran akhlak, bukan jaminan menuju kebangkitan. Dengan kata lain, tingginya akhlak bukan indikasi kebangkitan. Mau contoh lagi? Madinah, saudara-saudara. Negeri ini terbilang luhur akhlak dan budi pekertinya. Penduduknya ‘kalem-kalem’ dan sopan. Tapi ternyata Madinah nggak mampu bangkit dan memang tidak disebut maju ketimbang Perancis dan Jerman. Semua orang sepakat bahwa Perancis dan Jerman termasuk maju, padahal moralnya amburadul. Benar, nggak?

Nah, bicara soal kebangkitan ini, kita harus tahu bahwa ada yang disebut dengan kebangkitan yang benar dan ada pula kebangkitan yang nggak benar. Walaupun sama judul­nya bangkit. Nahdlah As Shohihah (kebangkitan yang benar) adalah kebangkitan yang diletakkan atas asas ruhiyah, artinya kebangkitan yang dibangun dengan landasan pemikiran yang mengaitkan segala aktivitas manusia dengan Allah SWT, sebagai pencipta dan penguasa alam semesta. Yakni dikaitkan dengan perintah dan larangan-Nya. Kebangkitan yang tidak ditegakkan atas asas ruhiyah, maka kebang­kitan itu adalah tidak shohih alias tidak benar. Buktinya berdirinya Uni Sovyet yang diawali dengan kebangkitan partai komunis pada revolusi Bolsyevik malah akhirnya jatuh ter­sungkur secara memalukan diawal tahun 90-an. Malah sebentar lagi kapitalisme Amerika dan negara-negara yang menjadi ‘budaknya’ akan menyusul ke ‘liang kubur’. Benar nggak Brur?

Yap. Satu-satunya kebangkitan yang benar adalah kebangkitan yang dilandasi oleh fikroh Islamiyah (pemikiran Islam), karena kebangkitan itu sajalah yang merupakan peningkatan taraf berpikir yang ditegakkan atas asas ruhiyah. Bahkan Allah SWT telah menjamin tegaknya Islam ketimbang ideologi kufur (kapitalisme dan sosialisme). Firman-Nya: “Dan Allah menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (At-Taubah: 40).



Tips Menuju Kebangkitan

Berat nggak Non, bacanya? Nggak dong, ya! Sekali-kali boleh aja kajiannya berat begini, tapi yang pasti nggak bakal membuat kamu puyeng 100 kali keliling. Suer, ini semua demi kebaikan kamu.

    Text Box: Buletin Studia terbit setiap Senin, untuk Membina Kepribadian Remaja. Penerbit: Forum Studi Islam Remaja. Alamat: Jln. Raya Baru Kemang No.. 20 – BOGOR. Telp. 0251-378146, 333379, HP 0812-9332991, E-mail: buletin_studia@hotmail.com; Penyunting: Abu Fadhlan, Yusuf Hanafi. Pemasaran: Muadz. Untuk berlangganan hubungi alamat di atas. Infaq Rp 200,-/eks. Minimal 100 eksemplar.

Nah, ada tips untuk menuju kebangkitan. Kamu sudah tahu kan bahwa landasan kebangkitan Islam itu adalah aqidah Islam yang bertujuan untuk melanjutkan kehidupan Islam dengan terwujudnya syariat Islam secara paripurna di seluruh dunia. Untuk mewujudkan itu semua perlu langkah riil. Apa itu? Pertama, hendaknya remaja muslim menyadari perjuangan dakwah dan memahami Islam sebagai sebuah ideologi (akidah dan syariat) yang akan mengatur seluruh aspek kehidupan. Kedua, remaja muslim kudu sadar akan tugasnya dalam dakwah untuk meninggikan kalimat Allah di seluruh pelosok dunia, bahwa tugas itu nggak mungkin dilakukan sendiri-sendiri tapi harus bersama-sama secara sistematis. Ketiga, remaja muslim mesti mantap dalam tsaqofah Islamiyah-nya. Kenapa? Agar mampu menangkal berbagai ide sesat yang jelas bertentangan dengan Islam.

Insya Allah, jika remaja Islam juga paham akan kebangkitan yang hakiki, maka Islam akan cepat bangkit dan akan tumbuh memenuhi seluruh pelosok dunia. Sabda Rasulullah saw.: “Perkara ini (Islam) akan merebak ke segenap penjuru yang ditembus malam dan siang. Allah tidak akan membiarkan satu rumahpun, baik gedung maupun gubuk melainkan Islam akan memasukinya sehingga dapat memuliakan agama yang mulia dan menghinakan agama yang hina. Yang dimuliakan adalah Islam dan yang dihinakan adalah kekufurnan.” (HR. Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya)

Mengemban dakwah adalah tanggung jawab bersama, termasuk remaja. Makanya, maraknya jilbab, koko dan jenggot sebagai perwujudan dari tumbuhnya kesadaran dalam diri remaja harus didukung dan diarahkan supaya bisa menopang dakwah Islam dan segera menuju kebangkitan Islam yang hakiki. Ingat ya, Brur! Maraknya jilbab, baju koko, dan jenggot jangan cuma ikut-ikutan trend dan sifatnya simbolik saja. Remaja macam kamupun wajib tahu kemana arah kebangkitan Islam ini. Harus itu!

Gimana, paham kan? n




'Virus' Lupus Milenia

Bicara soal virus, beberapa waktu lalu orang-orang dibuat sibuk oleh virus komputer bernama I Love You. Virus yang disebarkan oleh hacker lewat internet ini  memang sangat berbahaya. Menyebar melalui sistem e-mail yang ada di komputer. Begitu ada e-mail bertitel I Love You di inbox, kemudian bila kita membukanya, saat itulah virus 'berkembang biak' menginfeksi file-file yang ada di komputer yang kita miliki. Minimal merusak beberapa file tertentu pada komputer yang terserang. Biasanya file yang dia rusak adalah yang berekstension JPEG dan VBS. Kerugian berupa materi pun sudah nggak terhitung besarnya. Saking gedenya, pemerintah Amerika memperkirakan kerugian senilai 10 miliar dolar lebih untuk seluruh dunia. Bahkan negerinya Uncle Sam ini pun kecolongan juga. Paling tidak, password CIA, FBI, Pentagon dan DPR AS berhasil dijebol dan file-filenya dirusak oleh virus yang disebar hacker dari Philipina ini. Benar-benar heboh!
Lalu apa hubungannya dengan 'virus' Lupus Milenia? Apakah itu virus komputer baru? Bukan, sobat! Kamu tahu apa yang ditimbulkan oleh virus komputer, kan? Ya, kerusakan! Nah, begitu pula dengan virus ini. Tapi, virus ini nggak nyerang komputer kamu. Virus ini malah lebih berbahaya, bahkan mungkin sangat berbahaya. Kenapa? Soalnya, virus ini merusak otak kamu. Mengacak-ngacak seluruh memori yang ada dalam otak kamu tentang nilai-nilai Islam yang harus dipertahankan oleh seorang muslim. 'File-file' di otak kamu tentang ajaran Islam pun berhasil dirusak. Malah dalam kondisi tertentu, 'disk' atau 'hardisk' di otakmu dibikin bad sector atau malah error! Bahaya kan?
'Virus' ini memang bukan yang pertama merusak pemikiran kamu dan semua remaja muslim di sini. Sebelumnya, bahkan sampai sekarang masih banyak 'virus' yang telah dan akan merusak pikiran kamu. Sebut saja Dawson's Creek, Baywatch, Melrose Place, misalkan. Atau 'virus' lain yang mempengaruhi gaya hidup kamu dalam bergaul seperti Beverly Hills 90210 , Friends dan yang sejenisnya.
Anehnya virus Lupus Milenia ini makin digandrungi. Apalagi kedekatan tema yang disodorkan kepada remaja seusia kamu memang cocok dengan remaja Indonesia. Karena memang buatan negeri sendiri.
Apa yang dibawa oleh 'virus' ini? Jangan kaget, soalnya bukan barang baru. Doi menawarkan gaya hidup remaja gaul yang berbahaya. Kok, bisa berbahaya? Iya, dong! Gimana nggak berbahaya, yang ditawarkan adalah gaya hidup pengusung free thinker alias pemikir bebas. Artinya, dalam sinetron Lupus Milenia yang dijual adalah gaya hidup yang bebas nilai. Kamu tahu kan bagaimana tingkah si funky Adi Darwis yang mengecat merah rambutnya? Masih belum afdhol, temannya Lupus yang pecicilan alias banyak tingkah ini sering membawa-bawa hiasan rante yang gede-gede. Plus, seabgreg  gaya hidup lainnya yang menyebalkan. Tentu, bila ini sampai ditiru sama kamu bisa berabe. Lama-lama otak dan pikiran kamu dibikin error sama tingkahnya beliau ini. Itu baru tingkahnya Adi Darwis, belum lagi Fifi Alone, Poppy, Boim, Gusur, Lupus, Lulu dan penggembira lainnya yang larut dalam pergaulan bebas. Bebas dalam bergaul dengan lawan jenis, misalkan. Karena, pacaran itu kan salah satu wujud dari bebas gaul dengan lawan jenis. Tema itu yang kerap diangkat dalam cerita remaja di sinetron tersebut. Tentu ini adalah racun yang mempengaruhi gaya hidup kamu.

Meracuni Remaja
Kamu mungkin nggak sadar kalo ternyata kelakuan tokoh idola kamu dalam sinetron itu adalah membawa petaka. Alur cerita yang dibuat sedikitpun tak memberikan solusi penyelesaian yang jitu dan pasti. Malah terkesan mengekspos gaya hidup anak muda yang penuh kebebasan. Bebas dalam segala hal.
Terus terang saja, sinetron ini banyak mengusung ide-ide rusak, hanya saja kadangkala kita nggak nyadar kalo itu rusak. Nah, tentu menilai rusak-tidaknya adalah menurut pandangan Islam. Kalo kata Islam rusak, berarti rusak. Kalau bagus, tentu saja bagus. Jadi, standar untuk menilainya adalah Islam. Coba, rata-rata teman kita yang nonton sinetron ini, nggak merasa kalo dirinya sedang didakwahi—tepatnya dicekoki—dengan ide-ide menyesatkan dalam urusan gaya hidup. Tahu-tahu teman-teman remaja yang mudah tergoda bisa langsung nyetel ddengan gaya hidup yang ditawarkan gerombolan artis dalam sinetron itu. Tanpa melihat lagi, apakah itu sesuai dengan kepribadian Islam atau malah bertentangan dengan Islam. Boleh dikata, asal telan aja, gitu, lho! Ini kan nggak benar. Iya, nggak, Mas?
Adi Darwis, salah satu tokoh yang sering hadir dalam sinetron ini tingkahnya nggak karu-karuan. Anehnya, pihak sekolah tempat si funky ini menuntut ilmu seperti nggak mempersoalkan kelakuan anak didiknya yang aneh. Dan yang pasti serial Lupus Milenia ini memang sarat dengan gaya hidup remaja perkotaan yang modern. Sepertinya mencoba menggambarkan realitas kehidupan remaja era milenium yang cenderung bebas, jadi namanya era milih-nyium (he..he..he..). Dan menjustifikasi keberadaan mereka yang berbudaya seperti itu. Jelas-jelas ini meracuni pemikiran remaja dalam urusan gaya hidup. Identitas Islam sama sekali tak diekspos dalam sinetron tersebut. Malah terkesan sengaja menyuguhkan budaya pop remaja yang bebas nilai tanpa penyelesaian. Tentu saja, dalam pandangan Islam ide yang dibawa dalam cerita tersebut sangat berbahaya, karena sangat jauh dengan nilai-nilai yang diajarkan oleh Islam. Ini adalah racun yang disebar dengan cukup efektif.

Melahirkan Generasi Free Thinker
Ada sebuah kisah menarik yang perlu mendapatkan perhatian kita semua. Di Singapura, negara kecil yang terbilang maju itu ternyata menyimpan cerita yang tak kalah seram. Di sana, ada sebuah komunitas alias perkumpulan anak muda yang menamakan dirinya dengan sebutan free thinker alias pemikir bebas. Kok bisa? Begini ceritanya, anak-anak muda di negara tetangganya Wiro Sableng ini kelakuannya aneh dan bikin kita nggak habis pikir. Contohnya? Remaja di sana sudah terbiasa hidup bersama dengan lawan jenisnya tanpa ikatan pernikahan alias kumpul kebo. Sementara masyarakat di sekitarnya nggak ambil pusing. Bahkan terkesan melegalkan aktivitas yang mengotori moral itu.
Parahnya, aktivitas mereka yang bebas itu bukan hanya dalam soal gaul dengan lawan jenis (seks) saja, tapi juga bebas dalam berbagai hal. Minuman keras, tindak kriminal, kasus narkoba juga akrab dengan kehidupan mereka. Meski menurut beberapa pengakuan dari kalangan mereka bahwa sebenarnya para orangtua hanya menganggap anaknya nakal apabila mereka terlibat dalam kasus obat bius dan tindak kriminal. Untuk urusan seks bebas orangtua mereka malah membiarkan. Tapi pada faktanya, anak-anak muda di negeri tersebut justru aktif juga terlibat dalam kasus yang disebutkan tadi selain seks bebas. Jelas, ini sangat berbahaya. Nah, belajar dari kasus itu, tentu akan sangat gawat bila kasus ini dibiarkan begitu saja. Bukan apa-apa, dengan perkembangan teknologi informasi tak mustahil bila komunitas free thinker ini menyebarkan 'dakwah'nya kepada remaja di negara lain. Berabe kan, Brur?
Tapi celakanya, kita sudah kalah set. Mereka sudah mencuri start. Malah sekarang di negeri yang mayoritas penduduknya muslim ini justru sudah terinfeksi dengan 'virus ‘free thinker ini. Bahkan siap berkembang biak.
Harus diakui bahwa kader free thinker saat ini sudah begitu banyak. Buktinya? Nggak usah ada acara menutup-nutupi juga kita sudah tahu. Seks bebas di kalangan remaja perkotaan di negeri ini sudah nggak terhitung jumlah kasusnya. Itu baru di perkotaan, belum lagi di pedesaan yang juga tak kalah seram.
Kasus lain yang masih seputar sepak terjang yang dihasilkan free thinker adalah maraknya kasus narkoba, dan mode dandanan yang makin hot dan tak terkendali. Semua itu adalah produk yang dihasilkan dari 'ideologi' bebas nilai. Karuan saja akan sangat membahayakan masa depan sebuah bangsa. Kenapa? Karena remajanya justru banyak yang berlomba dalam kebebasan yang sebenarnya lambat laun akan menghancurkan diri mereka dan bangsa ini. Gimana mau memimpin bangsa ini, kalau remajanya rusak semua mentalnya, iya kan?
Sehingga, akan makin gawat bila kondisi yang sudah parah ini dibuat semakin semrawut dengan membiarkan tayangan-tayangan yang tidak mendidik seperti dalam serial Lupus Milenia.  'Virus' Lupus Milenia hanyalah sebuah contoh kasus dari sekian banyak tayangan lain yang sejenis yang menawarkan racun kebebasan bagi remaja.
Mungkin pembaca ada yang bertanya, kenapa serial ini yang ditembak habis-habisan? Begini alasannya, justru di sinilah letak menariknya Lupus Milenia untuk dikritisi karena temanya dekat dengan remaja Indonesia dan memang produk lokal. Kalo tayangan dari negeri lain, bisa dimaklumi karena mereka ada misi lain, yakni menyebarkan budaya mereka. Tentu tujuan mereka itu nggak lepas dari sikap mereka yang membenci remaja Islam. Tapi kalo di sini kan justru mayoritas penduduknya muslim, namun kenapa malah membuat jalur untuk mengalirkan ide-ide bebas nilai lewat sinetron itu kepada remaja negeri sendiri, yang tentu saja harus diakui adalah remaja muslim. Iya, kan?
Jadi dengan adanya tayangan Lupus Milenia ini, yang harus kita akui sebagai pembawa virus free thinker maka remaja Islam akan terinfeksi pemikirannya dan tak mustahil kemudian melahirkan di masa yang akan datang generasi free thinker alias pemikir bebas. Apalagi, kondisinya akan semakin gawat karena tayangan sejenis masih juga bercokol di layar televisi untuk mengkader kita menjadi generasi free thinker. Tak mustahil pula bila kemudian generasi remaja muslim yang kental dengan Islamnya akan sirna. The lost generation!

Tak Ada Bebas Nilai Dalam Islam
Well, Islam tidak akan membiarkan umatnya terpental ke jurang kemaksiatan. Sehingga untuk tujuan itu, Islam memiliki seperangkat aturan untuk menyelamatkan umatnya dari kesengsaraan hidup di dunia dan di akhirat. Bisa dipahami, sebagai agama yang sesuai dengan fitrah manusia, Islam memang memberikan bimbingan dan arahan bagi umatnya dalam menjalani kehidupan di dunia ini sebagai bekal kehidupan di akhirat yang kekal abadi.
Dalam seluruh aspek kehidupan, Islam memberikan tuntunan agar umatnya tak salah arah dalam bertindak. Sehingga nggak dikenal dalam Islam istilah bebas nilai dalam bertindak. Justru sebaliknya, umat Islam hanya melakukan apa yang dibolehkan dan diwajibkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Dilarang bagi umatnya untuk bergaya hidup atau melakukan tindakan yang bertentangan dengan ajaran Islam.
Firman Allah SWT, "Tidak patut bagi mukmin laki-laki dan mukmin perempuan, apabila diputuskan suatu hukum oleh Allah dan Rasul-Nya, akan ada bagi mereka pilihan lain, karena barangsiapa durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya, maka ia telah sesat dengan kesesatan yang nyata." (Al Ahzab: 36)
Nah, tayangan Lupus Milenia yang cenderung jor-joran mengekspos kebebasan remaja dalam bertingkah laku hanya akan menggiring penontonnya kepada kehidupan yang permisif alias bebas nilai. Yang hanya akan melahirkan generasi-generasi amburadul dan cenderung susah diatur. Liar dan tak terkendali dalam aktivitas kehidupannya. Ini memang sangat berbahaya, Brur!
Sehingga wajar bila dalam Islam tak berlaku pola kehidupan bebas nilai. Yang ada justru sebaliknya umat ini harus seragam dalam pola pikir, harus kompak pula dalam perasaannya, dan tentu saja, harus dilindungi dengan hukum yang sama pula. Semua ini akan menjaga umat dari godaan untuk bebas berbuat. Sebagai remaja Islam, kamu juga harus tunduk dengan apa yang sudah diberikan aturannya oleh Allah dan Rasul-Nya. Pokoknya, jangan sekali-kali kita nekat bertingkah bebas nilai. Gawat, Non!
Allah Ta'ala berfirman: "Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta." (Thaha: 124)
Wuih, serem juga ya? Iya, dong! Makanya, kamu kudu gaul juga soal Islam ini. Biar nggak terjerumus ke dalam perbuatan dosa. Disinilah letaknya Islam itu melindungi umatnya agar tetap berjalan dalam rel yang telah ditentukan. Bisa dibayangkan, bila Islam membebaskan umatnya berbuat sesuka hatinya dalam kehidupan ini. Amburadul, kan?
Jadi, sekarang hati-hati deh, jangan sampai kamu ikutan senewen gara-gara nyontek gaya hidup yang digambarkan dalam cerita Lupus Milenia itu. Gaya hidup yang jelas bertentangan dengan Islam.
Kita juga harus lebih waspada, soalnya itu baru satu 'virus' yang bakal merusak pemikiran kita, masih banyak 'virus' lain yang siap mengganti pemikiran Islam yang kita miliki dengan pemikiran sekuler yang memang bebas nilai. Gawat dan bahaya.
Beginilah hidup dalam alam kapitalisme, segalanya menggiring kita untuk berbuat dosa. Ternyata memang hanya Islam yang bakal menyelamatkan kita. Islam yang diterapkan sebagai akidah dan syariat. Suer, nggak bohong, Brur! ?